Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Informasi tentang mumifikasi berasal dari dua penulis Yunani kuno, Herodotus dan Diodorus Siculus. Mereka menggambarkan langkah-langkah mumifikasi, seperti menggunakan kail untuk mengeluarkan otak melalui hidung. Mereka juga menuliskan bahwa jantung mumi dibiarkan di dalam tubuh karena dianggap penting untuk kehidupan setelah kematian.
Berdasarkan Manchester.ac.uk, penelitian ilmiah menggunakan CT scan menunjukkan bahwa aturan mumifikasi tidak seketat Herodotus dan Siculus. Hanya sekitar satu per empat mumi yang jantungnya masih tertinggal di dalam tubuh dan banyak mumi masih memiliki otak. Jika pembalsem benar-benar mengeluarkan otak, mereka menggunakan metode berbeda untuk menghindari kerusakan pada wajah.
Pada zaman modern, studi ilmiah mengungkapkan metode berbeda dari satu tempat ke tempat lain dan tidak terstandarisasi tentang mumi dan pot yang digunakan dalam mumifikasi. Pembalsem di daerah yang penting secara politik memiliki akses ke bahan mumifikasi terbaru, seperti di Thebes (sekarang Luxor). Sementara itu, di daerah terpencil, pembalseman sulit dilakukan karena garam natron berat dan susah didapatkan.
Namun, pembalseman di daerah terpencil mengembangkan teknik kreatif. Sebab, warga setempat menggunakan tongkat untuk membuat ikatan mumi lebih kaku atau lebih menempel pada bagian tubuh selama mumifikasi. Selain itu, warga di daerah terpencil juga menciptakan mummy komposit yang terdiri dari bagian tubuh beberapa orang.
Proses mumifikasi di Mesir berlangsung selama 70 hari yang dilakukan oleh pendeta sebagai pembalsem, perawat, dan pembungkus tubuh. Proses mumifikasi diawali dengan membuang semua bagian dalam yang cepat membusuk. Otak dikeluarkan dengan memasukkan instrumen khusus yang dikaitkan melalui lubang hidung untuk menarik keluar potongan jaringan otak.
Setelah itu, para pembalsem mengeluarkan organ-organ perut dan dada melalui sayatan dibuat di sisi kiri perut, kecuali jantung. Kemudian, organ tubuh yang dikeluarkan akan diawetkan secara terpisah oleh pembalsem. Bagian lambung, hati, paru-paru, dan usus ditempatkan dalam kotak khusus atau toples kanopik yang akan dikuburkan bersama mumi.
Menurut si.edu, pembalsem membuang semua cairan tubuh dengan menutupi menggunakan natron atau garam untuk pengeringan. Saat tubuh telah kering, pembalsem mengeluarkan bungkusan dan membersihkan natron dengan lembut yang menghasilkan bentuk manusia sangat kering, tetapi dapat dikenali. Jika ingin membuat mumi tampak lebih hidup, area tubuh yang cekung diisi dengan linen dan bahan lainnya serta ditambahkan mata palsu.
Proses selanjutnya adalah pembungkusan menggunakan ratusan meter linen. Pendeta melilitkan potongan linen yang panjang di sekitar tubuh. Bahkan, pendeta membungkus setiap jari tangan dan kaki secara terpisah sebelum membungkus seluruh tangan atau kaki. Pada beberapa tahap, bentuk mumi dilapisi dengan resin hangat dan pembungkusan dilanjutkan sekali lagi. Barulah, pendeta membungkus kain atau kain kafan terakhir di tempatnya dan mengamankannya dengan kain linen, lalu mumi selesai.
Sebagai bagian dari pemakaman, pendeta melakukan ritual keagamaan khusus di pintu masuk makam. Bagian terpenting dari upacara tersebut disebut Pembukaan Mulut. Pendeta menyentuh berbagai bagian mummy dengan alat khusus untuk "membuka" bagian-bagian tubuh tersebut agar merasakan sensasi selama hidup dan dibutuhkan akhirat.
Pilihan Editor: Misteri Mumi Alien yang Sempat Viral di Peru Terungkap
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini