Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LOVING Plant. Begitu nama robot yang diciptakan oleh siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama Islam Al-Azhar 13, Surabaya, Rafsi Azzam Hibatullah Albar.
Memanfaatkan tenaga surya, robot ini menyiram tanaman secara otomatis. Kelebihan lain, robot ini sanggup mengguyur tanaman dengan air selama sebulan berturut-turut tanpa perlu pengaturan setiap hari.
Rafsi mengatakan Loving Plant terdiri atas beberapa komponen, seperti sensor, microcontroller, solenoid valve, pipa plastik, slang, real time clock (RTC) atau chip penghitung waktu, serta panel surya. Semua komponen ini dirangkai jadi satu.
Microcontroller berfungsi mengolah data. Sensor berguna mendeteksi kelembapan tanah. Sedangkan solenoid valve—katup yang digerakkan oleh energi listrik—berfungsi membuka dan menutup saluran air yang melewati pipa. Air dialirkan ke pipa lewat slang.
Panel surya berfungsi mengumpulkan sumber energi. Saat cuaca cerah, papan berukuran 40 x 30 sentimeter ini sanggup menghasilkan listrik 16 volt dalam waktu tiga jam.
Loving Plant merupakan robot generasi kedua. Rafsi bersama dua rekannya di SMP Al-Azhar, Abiyyuda Naufal Priambodo dan Anbiya Naufal Alfina, membuat robot generasi pertama pada November 2014. Waktu itu mereka menciptakan robot penyiram tanaman karena prihatin menyaksikan bunga di sekolahnya layu.
"Dari situ kami meriset robot dengan bantuan guru ekstrakurikuler," kata Rafsi, Senin pekan lalu. Rodiq Wahyu Indrawan dan Hendro Yulius Putro adalah dua guru ekstrakurikuler yang membimbing mereka.
Robot generasi pertama bersifat mobile. Dengan mengandalkan tenaga surya, robot bergerak secara mandiri menyiram tanaman. Robot hanya perlu mengikuti lintasan logam yang sudah dibuat di sekitar pot. Sayangnya, robot ini masih memiliki banyak kekurangan. Robot tak dapat bergerak saat lintasan terhalang oleh benda apa pun, termasuk daun dari tanaman.
Robot juga tak dilengkapi sensor. Akibatnya, air banyak terhambur. Selain itu, kapasitas tempat penyimpanan air terbatas sehingga harus diisi ulang. Meski banyak kekurangan, robot tersebut berhasil menyabet penghargaan khusus dari International Robot Olympiad di Beijing, Cina, akhir 2014.
Pada awal tahun ini, Rafsi menyempurnakan kelemahan robot di bawah bimbingan Nuning Ratna Megawati, gurunya di sekolah. Yang mendasar, ia mengubah prinsip kerja robot dari mobile menjadi statis. Kedua, robot terbaru ini dapat pula diatur untuk menyiram tanaman dalam jangka waktu tertentu. Setelah diatur, robot akan menjalankan tugasnya tanpa perlu dikendalikan lagi setiap hari.
Robot generasi kedua ini menyiram dengan cara mendeteksi kelembapan tanaman. Robot mengenali kelembapan setiap tumbuhan karena informasi berbagai jenis tanaman itu telah ditanam di microcontroller. Rafsi memperoleh informasi tersebut dari Dinas Kebersihan Surabaya.
Berdasarkan data itu, robot sanggup menghitung kebutuhan air setiap jenis tanaman serta lama penyiraman. Karena butuh waktu yang berbeda-beda untuk menyiram setiap jenis tanaman, tumbuhan diletakkan berdasarkan kategori kelembapannya: rendah, sedang, dan tinggi. "Agar men-setting robotnya gampang," ujar Rafsi. Waktu menyiram juga dapat diatur untuk pagi dan sore.
Ketika hujan turun, sensor robot yang dibenamkan ke tanah secara otomatis mengindra kelembapan tanaman dalam kondisi cukup air sehingga robot tak perlu menyiram.
Loving Plant generasi terbaru ini mengantarkan Rafsi menjuarai lomba peneliti belia tingkat nasional 2016. Ia pun menjadi juara ketiga Asia-Pacific Conference of Young Scientists 2016 di Amity University Haryana, New Delhi, India, Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo