ANDA ingin nyentrik? Bikinlah rumah bundar. Sebuah perusahaan
perumahan, PT Mega Brata Putra di Bandung, pekan lalu menawarkan
sistem bangunan struktur bundar (SBSB) di koran Pikiran Rakyat.
Agaknya, ini upaya pertama di Indonesia untuk memperkenalkan
rumah bundar. Jangan salah tangkap, bukannya rumah mirip bola.
Tapi rumah yang berbentuk gelas silindris, yang atapnya lengkung
seperti irisan kulit bola. Dan rumah SBSB ini disiapkan mirip
prefab: komponen bangunan dipersiapkan tinggal pasang. Bedanya,
komponen rumah SBSB dibuat di tempat rumah akan didirikan,
bukannya dibawa dari pabrik.
Ternyata, jumlah peminat rumah bundar lumayan juga. Hingga Kamis
lalu sudah 20 oran yan menanyakan ihwal rumah ini. Presiden
direktur PT Mega, Supendi Brataatmadja, optimistis dagangan
barunya ini bakal laris.
Yang pertama ditawarkan dari rumah bundar adalah kekuatannya.
Baik struktur atap maupun dinding yang melengkung lebih tahan
gempa dan terpaan angin. Dinding dan atap yang cetakan beton
bertulang itu tahan api. Selain itu, menurut Karna, arsitek
lulusan ITB yang menjadi pimpinan operasi PT Mega, rumah bundar
tahan 40 tahun -dua kali daya tahan bangunan biasa. Dan bisa
dibangun pada kondisi tanah apa pun, dari tanah berbukit-bukit
sampai tanah rawa. Untuk membangunnya, cuma dibutuhkan waktu
sekitar sebulan, komplet. Menarik, memang.
Sebenarnya, struktur yang diimpor oleh PT Mega dari Amerika
Serikat ini bukan baru di Indonesia. Rumah tradisional di Flores
dan Irian Taya, menurut Yuswadi Saliya, ketua Jurusan Arsitektur
ITB, berbentuk bundar juga. "Bentuk rumah persegi merupakan
sistem modern, sedangkan bentuk bundar adalah sistem primitif,"
katanya.
Entah bagaimana asal mula lahirnya rumah bundar dulu itu, dari
segi struktur rumah ini memang lebih mudah dibuat daripada yang
persegi. Juga, seperti sudah disebutkan, atap dan dinding yang
lengkung lebih kuat menahan angin. Selain itu, buat masyarakat
primitif, yang tak butuh menyekat-nyekat rumahnya -misalnya
menjadi kamar tidur, kamar mandi, dan dapur- rumah bundar memang
lebih efektif.
Maka, terasa aneh bila kini struktur bundar dicoba dipasarkan.
PT Mega bahkan sudah punya rencana membuka real estate di Pulau
Batam dan Jakarta. Untuk Kota Bandung, perusahaan itu cuma
melayani pembangunan per rumah. Sebab, dalam satu hal, rumah
SBSB terasa tidak efektif. Yakni dalam pengaturan ruang.
Misalnya, perabot rumah tangga tentunya harus disesuaikan dengan
dinding yang melengkung itu. Bila tidak, akan banyak ruang
kosong di pojok-pojok yang mubazir. Pun ruang luar rumah, sisa
tanah yang persegi itu - harap dicatat, di Indonesia belum ada
pembagian tanah atau kapling dalam bentuk lmg aran- sulit
pemanfaatannya.
Lagi pula, rumah bundar akan "mengaburkan arah mata angin," kata
Yuswadi. Memang, letak pintu dan jendela bisa diatur. Tapi,
begitu Anda masuk rumah bundar yang dindingnya melengkung,
tanggung Anda bingung, mana timur mana barat, mana utara mana
selatan. Atau Anda mau menaruh kompas dalam rumah?
Yuswadi memang tidak terang-terangan keberatan terhadap struktur
bundar ini. Dia cuma bilang, "Rumah itu soal serius, bukan
main-main. Rumah adalah tempat untuk hidup, membangun keluarga.
Maka, kalau tidak cocok, bisa punya pengaruh besar." Bayangkan
saja bila kamar-kamar rumah bundar tidak berbentuk persegi yang
tenang, tapi mirip bentuk kipas terkembang.
Selain itu, PT Mega baru punya satu jenis ukuran rumah. Yakni,
jari-jari atap 5,5 meter, tinggi puncak atap sampai lantai 3,35
m, dan lantai seluruhnya 94,6 m2. Bila ada pemesan yang
menginginkan rumah lebih besar, hanya bisa dibuat dalam bentuk
rumah ganda. Menurut perhitungan sekarang, harga rumah ini
sekitar Rp 14 juta. Di luar harga tanah, tentu.
Menurut Sindur Percananda, lulusan Jurusan Teknik Sipil ITB
1983, struktur bangunan bundar memang lebih kuat. Cuma, kata
insinyur ini, yang membuat skripsi tentang efek gempa terhadap
bangunan, bila struktur itu digunakan untuk bangunan rumah
tingkat, kurang efisien. Lebih murah sistem kuda-kuda biasa,
dengan tiang di tengah ruang. Lain soalnya bila membangun gedung
olah raga, misalnya.
Di Amerika, menurut Yuswadi, rumah bundar tak asin lai. Tapi
rumah bundar disana lebih banyak ditemukan di daerah yang
berangin keras. Di Chicago, misalnya, ada beberapa tempat yang
sering diterpa angin dengan kecepatan 60 km per jam. Rumah biasa
bakal terguncang, sementara bangunan bundar bisa bertahan.
Maka, kata Yuswadi, kira-kira rumah bundar baru cocok untuk
rumah peristirahatan, dan sejenisnya, di pantai atau pegunungan.
Harganya pun 'kan bukan harga murah. Kecuali, Anda ingin
eksklusif, seperti kata Andie Abednego yang sedang berpikir
untuk memesan rumah bundar. "Rumah bundar itu memang nyeni,"
kata Andie, distributor lem Tackol. Jadi, bila ingin eksentrik,
pesanlah rumah bundar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini