Masih ingat Dolly, si domba ajaib yang "diciptakan" melalui teknologi kloning? Washington Post melaporkan, para doktor di New York kini tengah mengupayakan kelahiran anak manusia dengan menggunakan teknologi yang mirip dengan yang dipakai untuk "menciptakan" Dolly. Teknologi ini untuk pertama kali dilakukan pada manusia: gen dari sel telur wanita mandul ditransfer ke sel telur wanita lainnya, lantas dibuahi dengan sel sperma. Sel yang telah dibuahi tersebut kemudian ditanam di dalam rahim.
Eksperimen kloning pada manusia ini segera mengundang reaksi karena dinilai melanggar etik yang disepakati para ilmuwan dunia. Di California, teknologi kloning bagi manusia bahkan tegas-tegas dilarang.
Eksperimen ini menggabungkan dua materi genetik--DNA--dari dua sel telur wanita menjadi satu sel telur tunggal. Ini berarti bayi yang dihasilkan akan membawa dua gen dari dua ibu--walaupun salah satu wanita menyumbang lebih banyak dan karena itu dianggap sebagai ibu biologis yang lebih dominan.
Bagaimanapun, pendekatan baru ini akan memberi harapan bagi wanita yang tidak bisa memperoleh keturunan. Selama ini, banyak kasus kemandulan disebabkan oleh sel telur yang cacat. Adalah cairan di sekitar inti sel yang selama ini punya andil besar menyebabkan kemandulan.
Metode yang dikembangkan tim yang dipimpin Jamie Grifo dari New York University ini bertujuan untuk mengatasi problem tersebut. Mereka memulai penelitiannya dengan mengambil inti sel telur dari wanita mandul. Inti ini kemudian dimasukkan ke dalam sel telur wanita subur yang bagian inti selnya telah dikosongkan--sehingga yang tertinggal hanya sitoplasmanya saja. Sel telur campuran itu kemudian dibuahi dengan sel sperma, dan selanjutnya ditanam di dalam rahim wanita pemilik sel telur tak subur.
Ternyata, banyak pula yang mendukung teknologi ini. "Bagi anak dan keluarga, metode ini memang akan menimbulkan pertanyaan tentang garis darah keturunan. Tapi dalam kasus ini, menurut saya, tidak apa-apa," kata seorang profesor hukum dan bioetik di University of Texas, John Robertson.
Seorang direktur sebuah institut reproduksi dan genetik di Chicago malah dengan antusias menyatakan ingin mengikuti jejak Gringo. Seorang peneliti pengobatan dan ilmu reproduksi di Saint Barnabas Institute di Livingston, Richard Scott Jr., juga mengupayakan izin resmi untuk melakukan eksperimen semacam itu. Tahun lalu, Scott dan koleganya telah melakukan injeksi sitoplasma seorang wanita muda ke dalam sel telur wanita yang lebih tua. Tujuannya, untuk mempermuda sel telur si tua. Prosedur itu telah menghasilkan dua kelahiran dan, ternyata, hanya sedikit mentransfer material genetik mitokondria (yang terdapat di dalam sitoplasma).
Jadi, sebentar lagi akan lahir bayi "two in one": satu anak, dua ibu kandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini