INI memang penemuan sumber minyak yang luar biasa. Tatkala minyak yang muncrat dari sumur minyak di ~Hawtah, Arab Saudi, itu encer seperti air dengan warna kemerahan seperti warna bensin, semua yang hadir kaget. Biasanya, minyak yang keluar lebih kental. Penemunya, Arabian American Oil Co. (Aramco), juga terperanjat. Perusahaan minyak ini sudah lama mencari minyak di daerah sebelah selatan Kota Ryadh. Ternyata hasil yang mereka peroleh amat memuaskan. Ladang pertama yang memuncratkan minyak sejak ~5 Juni 1~~989 bisa menghasilkan 8 ribu barel minyak setiap harinya. Empat bulan kemudian, 96 kilometer dari ladang minyak pertama, ditemukan lagi sumber minyak yang bisa menghasilkan 4.300 barel per hari. Setelah itu, masih ditemukan tiga sumber serupa dalam kawasan 2.300 kilometer persegi. Semuanya memuncratkan minyak yang encer seperti bensin. Henry Cook, manajer pengeboran Aramco, bulan lalu sampai mengatakan dalam Aramco Newsletter, mungkin minyak yang keluar dari sumur ini bisa langsung mengisi tangki mobil. Minyak encer ini, setelah diteliti, termasuk jenis super-light atau super-ringan. Kandungan bahan bakar ini tidaklah berbeda dengan kandungan minyak bumi yang lain, yaitu terdiri dari unsur belerang, karbon, hidrogen, dan oksigen. "Hanya minyak lain mempunyai rantai karbon sampai 37, sedang jenis super-ringan ini diperkirakan karbonnya kurang dari 10," ujar M. Permana, staf ahli produksi dan rekayasa PT Caltex Pacific Indonesia. Berat ringannya bahan bakar ini, menurut dosen geokimia Jurusan Geologi ITB Eddy AriyoPo Subroto, ditentukan oleh beberapa hal. Pertama, ditentukan oleh ukuran dan tipe molekulnya. Sebab, kedua parameter ini bisa mempengaruhi berat jenis minyak, padahal berat jenis berbanding terbalik dengan skala API (American Petroleum Institute) Gravity -- parameter yang digunakan untuk menentukan berat ringannya minyak. Minyak yang berat jenisnya kecil, skala API Gravity-nya menjadi besar. Misalnya, minyak super-ringan ini skalanya bisa di atas 40. Bandingkan dengan minyak yang digolongkan berat medium dengan skala 22-30. Kandungan belerang -- atau tepatnya asam sulfat -- juga menentukan berat ringannya minyak. Minyak ringan, apalagi super-ringan, hanya mengandung sedikit sekali asam sulfat. Proses pembentukan minyak super-ringan sebenarnya sama saja dengan jenis minyak lainnya. Yang membedakan adalah jenis batuan induk penghasil minyak dan bakteri yang ada ketika bantuan itu tersimpan di dalam tanah. Bakteri bisa hidup dan berkembang biak dengan baik bila tempat terbentuknya minyak itu merupakan aliran air tanah, sehingga oksigen bisa masuk dan menghidupi sang bakteri. Panas bumi juga mempengaruhi mati hidupnya bakteri. Dengan panas 20 sampai 30 C, bakteri bisa leluasa hidup. Tapi bila suhu lebih panas bakteri ini akan tewas. Bakteri ini akan memakan unsur-unsur minyak yang ringan. Bila demikian keadaannya, jadilah minyak itu bahan bakar berjenis berat karena unsur yang tersisa tinggal unsur minyak yang berat. "Tapi bila dalam proses pembentukan minyak bakteri tidak bisa hidup, tidak akan terjadi biodegradasi dan minyak yang keluar adalah jenis ringan atau super-ringan," kata Eddy Ariyono Subroto. Selain bakteri itu, kata Eddy lebih lanjut makin dalam sumber minyak yang keluar makin ringan karena bahan bakar itu makin matang. Minyak yang keluar dari sumber yang dalam akan banyak mengandung parafin. Dan makin dangkal, makin banyaklah belerang dalam minyak itu, yang menandakan makin beratnya minyak. Pernyataan ini memang tidak bisa berlaku umum, karena ada daerah yang panas buminya tinggi, walaupun kedalamannya tidak jauh dari permukaan. Apa benar minyak jenis super-light ini bisa langsung digunakan untuk menjalankan mobil? "Ya, tetap diperlukan penyulingan," kata Permana. ~Eddy pun menyangsikan minyak ini bisa langsung tancap gas. Menurut dia, bahan bakar ini tetap memerlukan refinery, namun karena -- jenisnya super-ringan, efisiensi refinery menjadi tinggi. Sebenarnya, bukan hanya Arab Saudi yang menghasilkan minyak ini, Indonesia juga memilikinya. Minyak yang muncrat di Rantau (Sumatera Utara) dan Kalimantan Timur termasuk jenis minyak super-ringan ini. Sumatran light crudes oil, misalnya, mempunyai skala API Gravity di atas 30. Jumlahnya memang tidak banyak. Permana memperkirakan jumlahnya hanya 5 persen dari total produksi minyak Indonesia. Sebagian besar -- hampir 80 persen minyak yang ditemukan di sini berjenis ringan. Eddy Ariyono Subroto menganggap temuan minyak super-ringan di Arab Saudi ini sebagai prestasi. Karena, menurut dia, sejak 1960 cadangan minyak jenis ini sudah sangat menurun. Temuan ini tidak mustahil terjadi di negara itu, karena Arab Saudi juga menghasilkan jenis Arabian light crudes oil yang termasuk jenis minyak ringan. Namun, ia mengakui, sebagian besar minyak dari negara itu mempunyai kadar belerang yang tinggi, yang artinya termasuk jenis minyak berat. Minyak super-ringan ini bisa tiba-tiba muncrat bila ada tekanan yang kuat, dan reservoir alias tempat penampungan minyak belum pernah dipakai. Minyak temuan Aramco ini, misalnya, terletak di sumur minyak baru, yang jaraknya 240 kilometer di sebelah barat sumur minyak lama yang ditemukan pada 1930--1940. Sampai kini masih diteliti apakah minyak super-ringan ini bisa langsung dipakai mengisi tangki mobil atau harus disuling lebih dulu. Kalaupun perlu disuling, ongkosnya jelas akan lebih murah. Bagi para pemilik kendaraan, harap bersabar 3 sampai 4 tahun lagi. Saat itulah Aramco baru memasarkan minyak temuannya. Diah P~urnomowati, Sri I~drayati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini