PETANI karet di Sumatera Utara suka nakal. Sleb (gumpalan karet mentah) buatan mereka dibuat tebal-tebal, kadang sampai 2~25 cm, lalu di dalamnya diisi tanah, kayu, atau bata. ~Tujuannya agar beratnya bertambah, hingga memperoleh nilai jual yang tinggi. Tapi praktek semacam itu sering mendatangkan protes dari para pedagang perantara -- dan tak jarang menimbulkan keributan. Selain itu, pembuatan sleb yang tebal-tebal itu merugikan dari segi kualitas. Maka, Azhari Anwar dan Asril Darusamnin dari Pusat Penelitian Karet Sei Putih, Sumatera Utara, menawarkan cara baru: mengempa karet jadi tipis. Pada pengempaan sleb karet ala Sei Putih itu, mula-mula lateks karet, yang baru dikumpulkan dari kebun, dimasukkan ke dalam alat cetak, berupa kotak panjang 45 cm, lebar 30 cm, dan tebalnya 7 cm. Ke dalam setiap kotak itu dimasukkan 5 liter lateks. Di situ lateks dicampur dengan 125 ml asam formiat (kadar 5%), diaduk rata, lalu dibiarkan selama 1,5 jam. Setelah itu jadilah dia gumpalan karet mentah dengan tebal 5 cm. Tapi itu masih terlalu tebal. Maka, disiapkanlah alat kempa, yang berupa tiga buah papan penjepit dan balok-balok kayu penekan. Sleb pertama diletakkan di atas papan penjepit. Di atasnya lagi dipasang satu papan penjepit lainnya. Lantas di atasnya ditaruh sleb karet lainnya. Terus, sebuah papan penjepit lagi dipasang di lapisan teratas. Ketiga papan penjepit itu dirangkai menjadi satu set. Lalu di atasnya dipasang dua buah balok tekan, dan dikunci dengan pasak. Balok tekan itu kemudian dipukul dengan palu, berulang-ulang, agar sleb karet menjadi lebih padat. Pemukulan dihentikan setelah sleb karet tebalnya ber~kurang menjadi 2,5 sampai 3 cm. Cara yang ditawarkan Asril dan Azhari itu memang terkesan "tradisional". Tapi memang cara mudah itulah yang hendak ditawarkan, agar petani gampang mengikutinya. Yang penting, menurut Asril, "kebiasaan buruk pelani karet bisa berubah," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini