Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Sleb karet tipis

Azhari anwar dan asril darusamnin dari pusat penelitian karet sei putih, sum-ut, menciptakan alat pengempaan sleb karet agar jadi tipis. untuk menghindari kenakalan yang membuat sleb tebal campur tanah.

13 Oktober 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PETANI karet di Sumatera Utara suka nakal. Sleb (gumpalan karet mentah) buatan mereka dibuat tebal-tebal, kadang sampai 2~25 cm, lalu di dalamnya diisi tanah, kayu, atau bata. ~Tujuannya agar beratnya bertambah, hingga memperoleh nilai jual yang tinggi. Tapi praktek semacam itu sering mendatangkan protes dari para pedagang perantara -- dan tak jarang menimbulkan keributan. Selain itu, pembuatan sleb yang tebal-tebal itu merugikan dari segi kualitas. Maka, Azhari Anwar dan Asril Darusamnin dari Pusat Penelitian Karet Sei Putih, Sumatera Utara, menawarkan cara baru: mengempa karet jadi tipis. Pada pengempaan sleb karet ala Sei Putih itu, mula-mula lateks karet, yang baru dikumpulkan dari kebun, dimasukkan ke dalam alat cetak, berupa kotak panjang 45 cm, lebar 30 cm, dan tebalnya 7 cm. Ke dalam setiap kotak itu dimasukkan 5 liter lateks. Di situ lateks dicampur dengan 125 ml asam formiat (kadar 5%), diaduk rata, lalu dibiarkan selama 1,5 jam. Setelah itu jadilah dia gumpalan karet mentah dengan tebal 5 cm. Tapi itu masih terlalu tebal. Maka, disiapkanlah alat kempa, yang berupa tiga buah papan penjepit dan balok-balok kayu penekan. Sleb pertama diletakkan di atas papan penjepit. Di atasnya lagi dipasang satu papan penjepit lainnya. Lantas di atasnya ditaruh sleb karet lainnya. Terus, sebuah papan penjepit lagi dipasang di lapisan teratas. Ketiga papan penjepit itu dirangkai menjadi satu set. Lalu di atasnya dipasang dua buah balok tekan, dan dikunci dengan pasak. Balok tekan itu kemudian dipukul dengan palu, berulang-ulang, agar sleb karet menjadi lebih padat. Pemukulan dihentikan setelah sleb karet tebalnya ber~kurang menjadi 2,5 sampai 3 cm. Cara yang ditawarkan Asril dan Azhari itu memang terkesan "tradisional". Tapi memang cara mudah itulah yang hendak ditawarkan, agar petani gampang mengikutinya. Yang penting, menurut Asril, "kebiasaan buruk pelani karet bisa berubah," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus