Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di semua negara, menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada 2011 sekitar 285 juta orang menderita gangguan mata. Ada yang mengalami penurunan daya lihat, tak sedikit yang buta. Seiring dengan meningkatnya pengidap glaukoma, WHO meramalkan pada 2020 angka penderita gangguan penglihatan di dunia bakal meningkat drastis hingga dua kali lipat.
Tongkat merupakan alat yang sudah lama dipakai para penyandang tunanetra untuk membantu mereka bergerak. Pada 1921, seorang fotografer Inggris, James Biggs, mulai menggunakan tongkat yang dicat putih sebagai penanda bahwa penggunanya tunanetra. Gagasan Biggs ini lalu ditiru di mana-mana.
Sekarang, lebih dari 90 tahun setelah penemuan tongkat putih Biggs, Anirudh Sharma, ahli komputer asal Kota Hyderabad, India, menemukan sepatu yang bisa menuntun penyandang tunanetra bepergian. Dengan catatan: sonder tongkat di tangan.
Sharma menamai sepatu buatannya Le Chal, yang dalam bahasa Hindi berarti sesuatu yang bisa dibawa bersama. Sepatu ini menggabungkan teknologi Bluetooth, global positioning system (GPS), dan sensor pendeteksi penghalang jalan.
Seperti dilaporkan majalah The Economist, Sharma memasang sekitar lima chip pada alas Le Chal. Chip-chip itu terkoneksi secara nirkabel dengan sebuah telepon seluler pintar yang sudah dijejali aplikasi peta dan pencari jalan. Empat keping chip disimpan di empat sisi sepatu, sementara satu chip khusus tambahan dipasang di depan. Semua chip diberi kemampuan bisa bergetar, sesuai dengan informasi yang didapatnya.
Para penyandang tunanetra tinggal menyebutkan tempat asal dan tujuan yang hendak mereka datangi ke ponsel. Oleh telepon pintar, informasi itu bakal diserap dan diteruskan sebagai perintah cari pada fasilitas GPS, dalam aplikasi Open Street Maps, yang merupakan program pesaing Google Maps. Setelah terkonfirmasi, GPS akan mengirimkan perintah kepada keempat chip. Gerak maju-mundur dan belok kiri-kanan ditandai dengan getaran chip pada sisi-sisi sepatu itu.
Sang tunanetra juga bakal dipandu keping chip getar kelima yang bertugas mendeteksi penghalang di depan, layaknya teknologi parkir mobil yang memberitahukan adanya benda di dekat sensor. Sinyal getar untuk penghalang dibedakan dengan getaran penanda arah.
Saat ini Le Chal sedang diuji di L.V. Prasad Eye Institute, salah satu fasilitas kesehatan mata terbesar di India. Menurut Sharma, tantangan terbesar baginya adalah membuat petunjuk yang akurat, yang tidak terpengaruh error position pada teknologi GPS. Dia masih terus menyempurnakan temuannya.
Le Chal Android App
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo