Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, British Columbia - Setelah membawa bayinya yang sudah tewas setidaknya 17 hari dan mengarungi sejauh 1.600 kilometer, induk paus orca kini telah menunjukkan tanda-tanda kembali normal.
Baca: Perjalanan Pilu Induk Paus Orca
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia terlihat Sabtu, 11 Agustus 2018, mengejar salmon. Dia tidak lagi membawa bayinya, dan dia terlihat sehat. "Tur dukanya sudah berakhir dan perilakunya sangat lincah," menurut pernyataan di situs web Pusat Penelitian Paus (Center for Whale Research), sebagaimana dikutip NPR akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peneliti umumnya menyebut induk orca itu sebagai J-35. Dia juga dikenal sebagai Tahlequah, nama yang diberikan sebagai bagian dari mengadopsi program paus di The Whale Museum di San Juan Island Washington.
Pemulihannya penting, bukan hanya untuk kesehatannya sendiri, tetapi untuk kesehatan keluarganya. Mengingat fakta bahwa orcas bergerak dalam kelompok matrilineal, tergantung pada ibu dan nenek, kematian bayi Tahlequah akan membuat putranya yang dewasa dan yang lain dalam bahaya.
Bayi orca itu meninggal hanya 30 menit setelah pertama kali ditemukan oleh pengawas paus pada 24 Juli.
Sejak anaknya tewas, hal yang tak wajar terjadi. Induk paus orca itu terus-menerus mengikuti jasad anaknya kemana pun ia terombang-ambing. Kadang menyenggol tubuh anaknya itu dengan hidungnya, kadang menyelam sebentar untuk menarik anaknya ketika lepas dari cengkeramannya.
Induk paus itu diamati telah membawa tubuh anaknya dalam tujuh hari sepanjang ratusan kilometer. “Itu adalah perjalanan kesedihan yang sangat tragis,” ujar Ken Balcomb, pendiri Center for Whale Research, 31 Juli lalu.
Sebagai bagian dari Survei Orca, Balcomb dan rekan-rekannya telah menghabiskan 42 tahun untuk mengidentifikasi dan memantau setiap populasi paus pembunuh orca. Dalam pengidentifikasiannya, J-35 adalah nama yang digunakan untuk menandai induk paus yang sedang berkabung itu.
“Dia adalah ikan paus yang normal dan menyenangkan. Dia berusia 20 tahun dan memiliki seorang putra berusia 8 tahun,” ujar Jenny Atkinson, Direktur Eksekutif dari Museum Paus.
Atkinson menyebut bahwa sebelumnya J-35 atau yang sering dipanggil Tahlequah memiliki anak yang menjadi kakak bagi bayi perempuannya yang mati.
Atkinson mengatakan bahwa tidak jarang orca itu membawa bayinya yang mati selama beberapa jam, bahkan seharian. Balcomb melaporkan adanya orca yang melakukan hal tersebut selama seminggu pada 1960-an. Namun, tidak ada lagi kejadian membawa bayi mati sampai kurun waktu satu minggu selama puluhan tahun.
“Saya melihat bahwa dia (J-35) cukup menyadari bahwa ada sesuatu yang sangat salah, bahwa bayinya tidak berperilaku seperti seharusnya, dan dia sangat menderita dengan hal tersebut dan meningkat ke level kesedihan,” ujar antropologis Barbaba J. King.
Terdaftar sebagai spesies yang terancam punah selama lebih dari satu dekade, paus orca tidak memiliki kehamilan yang sukses dalam tiga tahun terakhir. Hal tersebut ditelusuri dengan berkurangnya sumber makanan mereka, yaitu Salmon Chinook yang juga masuk ke dalam spesies yang terancam punah.
NATIONAL PUBLIC RADIO | THE GUARDIAN | FARAH DIBAJ