Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Setelah udin dan orong-orong

Robot yang akan dipamerkan oleh akademi perindustrian (akprid) yogyakarta ide pertama datang dari m. brata purwanta, penemuan robotnya yang diberi nama orong-orong. (ilt)

5 Mei 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI lantai dua kampus Akademi Perindustrian (Akprind) Yogyakarta, "manusia" aluminium berlengan besi itu sedang dipersiapkan untuk tampil d depan umum, Sabn pekan depan. Bisa menating baki, menjemput korek api, da menyalakan rokok, inilah "robot Dertam. yang dibuat di Indonesia." Paling tidak menurut Drs. Siswono Oetoyo, Direktur Akprind. Menghabiskan belanja Rp 1,6 juta dar kas perguruan, ia membuat rohot ini datang dari M. Brata Purwanta, 21, mahasiswa tingkat III Jurusan Maintenance Industty Akprind. "Saya tergelitik setiap kali menyaksikan siaran televisi mengenai robot yang diciptakan di luar negeri," ujar Brata, putra montir mobil dan motor. Maka, Desember tahun lalu, ia membuat mesin berukuran 25 cm x 15 cm, dari tripleks dan komponen bekas, diberi roda, dan bisa digerakkan sampai sejauh 20 meter dengan kontrol radio. Penemuan yang diberi nama orong-orong (anjing tanah) ini diketahui Soekanto, dosen Akprind, yang kemudian langsung melaporkannya kepada direktur akademi. Yang terakhir ini segera memerintahkan Ir. Soekanto, Ir. Wiwik Handajadi Drs. F. Soeprapto, dan Herton Atmadi keempatnya dosen Akprind - memberi pengarahan kepada Brata Purwanta. Pembuatan robot ini, menurut Siswono, "Dapat diartikan sebaai peningkatan kegiatan ilmiah yang bersifat praktis."Juga untuk menunjukkan bahwa Akprind, "Sudah berani memulai penerapan teknologi dalam praktek." Maka, dengan menggabung sistem elektronik dengan mekanik, lahirlah robot yang bisa dikendalikan dalam jarak sampai 300 meter, digerakkan dua buah aki 12 watt dan 6 volt, dengan 12 motor listrik dan receiver yang bekerja melalui frekuensi gelombang tertentu. Perincian motor listrik: tiga untuk jantung robot, enam untuk kedua tangan, dua untuk roda belakang, dan satu untuk roda depan. Untuk kaki, "Terpaksa kami gunakan starter Yamaha Bebek," tutur Soekanto, lulusan Jurusan Mesin ITB, 1963. Tapi, putarannya diperkecil, dari 4.500 RPM menjadi hanya 50 RPM. Kecepatan robot ini 16 meter/menit. Kecepatan gerak untuk siku dan lengan 90 /4 detik, dan jari tangan 30 - 45 /8 detik. Dengan tinggi 165 cm, bobot robot ini diperkirakan sekitar satu kuintal. Sistem elektroniknya dilengkapi pemancar pengirim dan penerima, yang bisa melakukan "komunikasi" dan meneruskan perintah ke bagian mekanis. Semua komponen elektronik dibeli di toko-toko di Yogya, sedangkan roda gigi dan kerangka tubuh dibuat di bengkel lokal. Memang, apa yang dibuat Akprind ini, menurut Dr. Bambang Bmtoro, Direktur Pusat Teknologi Pembangunan (PTP) ITB, adalah "sesuatu yang mengembirakan." Namun, bicara perkara robot, Akprind agaknya bukan yang pertama. April tahun lalu, dalam pameran industri diJakarta, ITB telah menampilkan robot "Udin", hasil Laboratorium Elektronika dan Komponen Jurusan Elektroteknik, Fakultas Teknologi Industri ITB, bekerja sama dengan Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan (PTKP) - TVST ITB. Tugas robot ini meniru dan menggantikan pekerjaan Udin, seorang teknisi TVST (televisi siaran terbatas) bagian produksi foto. Ia merupakan alat elektromekanik yang bisa memproses film slide, negatif, mencetak - berwarna dan hitam putih - dengan menggunakan bahan kimia berbentuk kit atau paket. Dari segi penampilan, "Udin" memang tidak mirip orang-orangan gambaran Ita yang lazim bila mendengar istilah robot. Jadi, robot Akprind, yang bakal dipamerkan dalam Dies Natalis ke-12 perguruan itu, 12 Mei nanti, mungkin lebih tepat dikatakan adik "Udin". Keduanya menggunakan sistem elektromekanik, tanpa mikroprosesor - yang menjadi ciri robot modern.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus