UNTUK mempertahankan supremasi Amerika dalam soal pertahanan, Pentagon bisa bermain dengan proyek yang edan-edanan biayanya. Atas persetujuan Kongres, musim gugur ini pemerintahan Reagan meneken sebuah proyek raksasa bernilai Rp 16 trilyun, hanya untuk membangun lima buah kapal selam saja, yang diberi nama Singa Laut, alias Seawolf, SSN-21. Sebagian dari dana itu memang akan digunakan untuk riset, dan sekitar separuhnya dipakai untuk membangun tubuh kapal plus segala fasilitasnya. Di kemudian hari, proyek ini akan disuntik lagi dengan dana Rp 50 trilyun, untuk menambah rombongan singa laut ini, dengan 25 buah kapal selam baru. Seawolf, dengan persenjataan 50 buah torpedo dan rudal jelajah vertikal, dijadwalkan mulai melaut pada 1994. Proyek besar, yang bakal menelan sepertiga anggaran tahunan angkatan laut Amerika, itu lahir setelah para jenderal Pentagon gusar menyaksikan keperkasaan Akula, kapal selam mutakhir milik Uni Soviet. Akula, yang dalam bahasa Rusia berarti ikan hiu, itu meluncur dari bandar militer Komsomolst, pantai timur Soviet, dua tahun silam. Kehadiran ikan hiu nan sakti itu mula pertama diketahui berkat kejelian satelit mata-mata Amerika. Lantas, ketika Akula mulai menyelam di sekitar laut Jepang, buru-buru Pentagon menugasi sejumlah kapal selamnya untuk membayang-bayangi dan mengintip kekuatan sang lawan. Hasilnya sungguh mengejutkan. Kapal selam Rusia itu ternyata lebih tangguh dibanding para pendahulunya. Akula mampu menyelam sampai 600 meter di bawah permukaan air laut. Dia bisa melaju dengan kecepatan 30-an knot pada kedalaman itu. Yang paling penting dicatat: mesin kapal selam Rusia itu sangat halus, tak berisik sebagaimana ciri khas kapal selam Rusia generasi terdahulu. "Akula adalah yang terbaik dari semua jenis kapal selam yang ada saat ini," begitu kata Anthony Batista, bekas staf ahli kapal selam di Pentagon. Lompatan besar Soviet dalam teknologi kapal selam itu sungguh di luar dugaan pihak Pentagon. "Keberhasilan Soviet itu sepuluh tahun lebih cepat dari ramalan kami," tambah Batista. Kabarnya, kemajuan besar itu cepat dicapai berkat kepintaran agen-agen Rusia dalam membajak teknologi Jepang dan Eropa Barat. Perusahaan Jepang Toshiba Machine (TM) dan perusahaan komputer Norwegia Konsberg Vaapenvabrik (KV) yang disebut-sebut sebagai pemasok teknologi ke Moskow. Kabarnya, antara 1982 dan 1984, TM menjual peralatan robot pembuat propelernya ke Moskow. Pada saat yang sama, KV juga menjual komputer dan program pendesain mesin kapal ke Rusia. Alhasil, bermodalkan komputer dan robot impor itu, Soviet mampu membuat propeler yang halus betul, sehingga tak menimbulkan kebisingan manakala berputar cepat. Keruan saja, NATO sempat marah-marah kepada Jepang dan Norwegia. Bila saat ini pecah perang di Eropa demikian para analis militer, yang biasa punya pikiran "buruk", memperhitungkan -- niscaya Akula bakal menjadi batu penghalang yang merepotkan. Dengan kekuatan lebih dari 300 kapal selam, termasuk beberapa Akula, kini Rusia unggul di dasar laut. Neraca kekuatan di dasar laut memang telah bergeser. Sampai dengan 4-5 tahun silam, Amerika masih merasa unggul atas armada kapal selam Rusia, kendati dalam jumlah ketinggalan 3 banding 1. Soviet memiliki 300-an kapal selam, dari 13 kelas, sedangkan Amerika hanya 100-an. Namun, lebih dari 75 persen kapal selam Rusia dianggap tak seberapa berbahaya. Tapi keadaan kini telah berbalik. Gejala kemajuan besar pada jajaran kapal selam Rusia sesungguhnya telah muncul sejak sepuluh tahun silam. Kala itu, Negeri Beruang Merah itu telah berhasil mengembangkan kapal selam bertenaga nuklirnya Alfa. Awak kapal selam itu hanya 45 orang, susut belasan orang dibanding para pendahulunya. Kecilnya awak kapal itu menandakan bahwa banyak pekerjaan di kapal yang tak lagi diurus secara manual. Peran komputer sebagai pengendali kapal telah kian meningkat, termasuk untuk mengendalikan peluncuran torpedo dan rudal jelajahnya. Namun, mesin Alfa ini kelewat bising sehingga gampang terdeteksi. Setelah terbukti bahwa Alfa gagal menjadi raja dasar samudra, Rusia kian ngotot mencari terobosan untuk mengejar ketinggalannya. Alhasil, lahirlah si ikan hiu Akula. Dalam waktu dekat ini, kabarnya, Rusia bakal menghasilkan kapal selam yang lebih jagoan: mampu berenang dengan kecepatan 50-60 knot, dan menyelam sampai kedalaman 2.000-an meter. Isu tentang keunggulan Soviet itu rupanya menghantui Kongres Amerika. Maka, proyek mahal Seawolf SSN-21 itu pun tanpa proses berbelit-belit lolos. Anjing laut dari Amerika itu didesain agar unggul, atau paling tidak seimbang dengan keperkasaan Akula. Seawolf kelak mampu berlari dalam perut samudra, 600 meter di bawah permukaan laut, dengan kecepatan di atas 35 knot. Bunyi kecipak mesin singa laut ini pun dijamin sangat halus. Kebisingan yang ditimbulkan pada kecepatan 30 knot setaraf dengan suara kapal selam pendahulunya pada kecepatan 5 knot. Dan yang benar-benar jadi andalan adalah sistem komputer BSY-2, yang boleh disebut sebagai otak singa laut itu. Sistem BSY-2 itu dihubungkan dengan sejumlah sensor dan sonar yang dipasang pada sekujur tubuh Seawolf. Perangkat detektor ltu langsung dihubungkan dengan torpedo dan rudal yang dipanggulnya. Dia mampu mendahului menyerang, sebelum musuh menyadari kehadirannya. Satu-satunya kritik terhadap Seawolf hanya menyangkut soal biaya. Maklum, harga sebuah Seauolf hampir tiga kali lipat jenis Los Angeles SSN-668, yang berkecepatan 30 knot dan menjelajah di kedalaman 500 meter. Tapi, ya begitulah, jer basuki mowo beyo, keunggulan itu makan biaya. PTH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini