TOKOH teater modern Indonesia memang tak banyak. Dan sedikit yang setia. Satu contoh yang menonjol adalah Suyatna Anirun, 52 tahun. Selama 33 tahun, pimpinan Studiklub Teater Bandung (STB) ini getol di pentas. Misteri apa yang membuat putra seorang pendeta itu berkubang di sana, walau tidak sering menerima tepukan? "Teater bagi saya adalah tumpuan kasih," katanya pada sSigit Haryoto dari TEMPO. Tentu bukan hanya latar belakang religi yang memupuk "iman" teaternya itu, hingga senantiasa mekar. "Sulit dijelaskan, tapi saya ikhlas berteater itu dari dasar hati," ujarnya. Sehari-hari Suyatna bertutur lembut. Tapi bila tampil di atas pentas, ia menjadi kental sebagai aktor, terutama ketika main dalam Raja Lear (di Taman Ismail Marzuki dan Gedung Kesenian Jakarta, 1987-1988). Suyatna mendirikan STB pada 30 Oktober 1958 bersama enam teman. Kebanyakan mereka waktu itu mahasiswa (ITB, UNPAD). Tapi dialah yang terus bertahan di Bandung, walau sebagian pendiri STB itu sudah tak lagi muncul di pentas. Mereka dada yang berkiprah, seperti Jim Adi Limas, kini berkapang di pentas Paris. Pementasan pertama STB (1959) adalah Di Pantai Baille karya W.B. Yeats. Setelah itu, lebih dari 30 naskah telah dipentaskan grup teater yang taat dengan penampilan pola realisme itu. Banyak naskah dunia, diantaranya karya Sophocles, Chekov, Brecht, Ionesco, dilalap STB. Adaptasi naskah, bentuk dan gaya pementasan ke suasana Sunda adalah khas STB yang menarik. Jaka TUmbal (dari Hamlet-nya Shakespeare, 1965), Tabib Tetiron (Moliere, 1976), Raja Lear (Shakespeare, 1986-1988) merupakan beberapa pementasan STB sulit terlupakan. Yang menonjol, bila dibandaingkan dengan grup teater lainnya, adalah taatnya STB pada pola Stanislavsky. "Kami memang amat fanatik pada Stanislavsky. Dia memberikan pola dasar dalam seni peran. Bagaimana mengisi aktor dengan amat mendasar, memberikan intinya," kata Suyatna, yakin. Dan yang penting, tambahnya, untuk menjadi aktor yang baik itu sangat diperlukan observasi dan perenungan. "Tapi saat ini, saya melihat gejala kurangnya perhatian pada seni akting dalam teater kita,"ujarnya. Bahkan, apa yang disebut Suyatna itu juga masih sulit tumbuh justru di kalangan generasi muda STB. Burhan Piliang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini