Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Soal Infeksi Virus Flu Burung H10N3 di Cina, Ini Penjelasan Guru Besar Unair

Virus flu burung H10N3 telah ditemukan di Cina sejak 2018 tapi tak pernah jadi perhatian para ahli sebelumnya. Kenapa?

3 Juni 2021 | 09.16 WIB

Seorang petugas kesehatan melihat ayam sebelum dimusnahkan di pasar grosir, Hong Kong, 31 Desember 2014. Hong Kong memusnahkan 15.000 ayam dan menghentikan impor dari Cina setelah ditemukannya virus flu burung. AP/Kin Cheung
Perbesar
Seorang petugas kesehatan melihat ayam sebelum dimusnahkan di pasar grosir, Hong Kong, 31 Desember 2014. Hong Kong memusnahkan 15.000 ayam dan menghentikan impor dari Cina setelah ditemukannya virus flu burung. AP/Kin Cheung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi kesehatan nasional Cina mengkonfirmasi pada Selasa, 1 Juni 2021, satu pasien pertama yang terinfeksi flu burung jenis H10N3. Pasien tersebut adalah seorang laki-laki, 41 tahun, asal Zhenjiang, dan dirawat di rumah sakit sejak 28 April 2021 setelah mengalami demam dan gejala lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Guru Besar Biologi Molekuler dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair), Chairul Anwar Nidom, menjelaskan, virus H10N3 telah ditemukan sejak 2018 pada hewan di dataran Cina. Dia mengatakan, virus itu telah diketahui termasuk low pathogenic, dan tidak banyak menimbulkan kematian pada unggas dan hewan lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Sehingga perhatian peneliti tidak fokus terhadap jenis virus baru flu burung tersebut sebelum kemudian muncul kasusnya yang menginfeksi manusia, yang sakit, saat ini,” ujar dia saat dihubungi Rabu malam, 2 Juni 2021.

Dengan ditemukan pada manusia, kata Nidom, menunjukkan bahwa virus H10N3 sudah menunjukkan daya adaptasi pada manusia dan mamalia. Namun, dia juga menambahkan bahwa aspek kematian dan angka kesakitan virus flu burung H5N1 masih lebih ganas daripada subtipe terbaru, H10N3.

“Terakhir saya dengar pria yang terinfeksi juga kondisinya sudah membaik,” tutur dia yang juga pernah terlibat riset vaksin flu burung pada tahun 2008.

Menurut Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin di Laboratorium Professor Nidom Foundation (PNF) itu, belum ada infeksi virus flu burung yang signifikan pada manusia sejak virus H7N9 yang menewaskan sekitar 300 oran pada 2016–2017. Namun, bukan berarti kemunculan subtipe yang low pathogenic diabaikan. 

“Jangan yang diamati aspek kesakitan dan kematiannya saja, tapi aspek-aspek gangguan pada organ-organ tubuh pada msnusia juga perlu,” kata Nidom.

Dia mencontohkan flu burung H9N2, virus yang tidak menimbulkan kematian, tapi pada ayam menimbulkan turunnya produksi telur. Artinya, menurut Nidom, ada kekhawatiran H9N2 bisa menginfeksi saluran reproduksi manusia. “Jadi perlu juga mengetahui H10N3 ini menginfeksi organ apa pada manusia dan gangguan apa yang termanisfestasi,” ujar Nidom menambahkan.

Zacharias Wuragil

Zacharias Wuragil

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus