Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Belasan kasus baru infeksi virus H5N1 dilaporkan muncul di Amerika Serikat sepanjang tahun ini. Dari bukti-bukti yang ada diduga virus flu burung ini menyebar ke manusia dari hewan yang terinfeksi seperti sapi dan unggas, bukan antar-manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, satu kasus terbaru di Missouri masih mengundang tanya. Kasus yang dilaporkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS pada 6 September lalu tersebut belum diketahui jenis hewan yang menjadi sumber penularannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apakah pasien itu tertular dari sesama manusia? CDC menepisnya dengan menyatakan bahwa sejauh ini tidak ada bukti kalau ada orang yang menularkan virus flu burung ke kontak eratnya. "Risiko H5N1 untuk kesehatan masyarakat masih rendah," bunyi keterangan yang disampaikan.
CDC masih pada kesimpulan itu meski ada dua petugas kesehatan jatuh sakit setelah berinteraksi dengan pasien flu burung. Satu telah dipastikan negatif flu yang sama.
Nahid Bhadelia dari Center on Emerging Infectious Diseases di Boston University setuju dengan penilaian bahwa risiko H5N1 masih tergolong rendah. Namun dia juga mengingatkan kewaspadaan karena adanya kasus di Missouri yang masih misteri.
Dia menunjuk kasus positif infeksi H5N1 yang sudah menyebar di antara bangsa burung di negara itu sejak 2022, lalu melompat ke berbagai hewan mamalia termasuk sapi. Kasus pasien di Missouri diduganya datang dari sapi yang terinfeksi namun tak terdeteksi. "Missouri telah selama ini mendeteksi 600 ribu kasusnya di antara unggas. Kawanan sapi yang terinfeksi mungkin tak terpantau," katanya.
Ilustrasi peternakan sapi perah di Amerika. Freepik
Seema Lakdawala, associate professor bidang mikrobiologi di Emory University yang meneliti H5N1 mengakui jumlah hewan ternak yang dites untuk mendapatkan ditribusi geografis dari virus ini tak cukup. Per 12 Juli lalu, Departemen Pertanian (USDA) hanya memeriksa 17 dari sekitar 60 ribu sapi perah yang ada. "Tidak ada tes universal yang pernah dilakukan di peternakan sapi perah," katanya.
Kasus Flu Burung di Missouri
Pasien di Missouri dirawat di rumah sakit pada Agustus lalu dan menjadi kasus positif flu burung ke-14 di AS sepanjang tahun ini. Memiliki komplikasi dengan penyakit lain, pasien ini mengalami nyeri pada dada, diare, muntah dan lemas. Namun begitu pasien tak sampai sakit parah saat dirawat dan kini telah pulih.
Dia awalnya terkonfirmasi positif influenza A, kelompok besar virus-virus yang menjadi asal H5N1. Di dalamnya termasuk virus-virus flu musiman seperti H1N1 tapi si pasien sudah dites negatif untuk seluruh subtipe itu. Pengujian lebih lanjut lalu mengungkap infeksi H5N1.
Dalam updatenya pada 13 September lalu, CDC melaporkan telah mendapatkan analisis parsial dari genom virus flu burung yang menginfeksi pasien itu; tidak tersedia material genetik yang cukup untuk bisa dilakukan pengurutan (sekuens) gen utuh.
Hasilnya menunjukkan kalau virus masih mengandung kesamaan yang tinggi dengan yang bersirkulasi di antara hewan ternak. Dengan kata lain, virus belum cukup bermutasi untuk bisa beradaptasi dengan baik di paru-paru manusia--mutasi yang dapat merintis jalan penularan antarmanusia.
Meski begitu didapati pula adanya dua mutasi berbeda yang tidak ditemui pada kasus virus H5N1 pada manusia sebelumnya. Belum jelas dampak dari perbedaan ini.
Mungkinkah dari Air Susu Sapi?
CDC menyebut salah satu kemungkinan asal muasal penularan virus itu adalah susu sapi yang belum melalui pasteurisasi yang dikonsumsi si pasien. Soal ini, Lakdawala menjelaskan bahwa seekor sapi yang terinfeksi bisa membawa puluhan sampai ratusan juta partikel virus menular dalam setiap mililiter susu, "Dan hewan ini memproduksi bergalon-galon susu."
Belum diketahui apakah seseorang bisa tertular flu burung dari minum susu sapi segar yang belum melalui proses pasteurisasi tersebut, tapi meterial yang sama telah diketahui bisa menyebarkan aneka kuman.
Kemungkinan lainnya adalah penularan antar-manusia, meski selama ini kasusnya belum pernah ditemukan. Untuk kemungkinan ini, kontak keluarga si pasien asal Missouri diketahui mengembangkan gejala serupa pada hari yang sama tapi tidak dites flu burung.
Berdasarkan gejala itu, Lakdawala menduga, si pasien dan keluarganya terpapar secara simultan ke sumber infeksi yang sama ketimbang virus menyebar dari satu oran ke yang lain.
Lakdawala mendesak USDA berupaya lebih jauh memahami bagaimana virus flu burung menyebar di antara sapi ternak. Menurutnya pula, harus ada kerja sama dengan para dokter hewan dan pergi ke peternakan-peternakan untuk memerika setiap milk tanker.
LIVE SCIENCE, NEW SCIENTIST