Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - National Aeronautics and Space Administration atau NASA tengah menyiapkan proyek ambisius untuk mencegah ledakan supervolcano di Taman Nasional Yellowstone, Wyoming, Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Penerbangan dan Antariksa itu ingin mengebor lubang di sisi gunung berapi agar ledakan super dahsyat tidak terjadi di masa depan, sebagaimana dilaporkan Express, 8 Oktober 2018.
Baca: Ilmuwan Soal Bahaya Supervolcano: Bikin Bumi Seperti Kiamat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara sederhana, upaya NASA mengebor dan menyemprotkan air bertekanan tinggi ke dalam gunung api agar suhu yang ada di dalam gunung api turun. Proyek ambisius tersebut ditaksir memakan biaya sebesar US$ 3,46 miliar.
Anggota NASA di Bidang Laboratorium Tenaga Penggerak (Jet Propulsion Laboratory) Brian Wilcox mengatakan membangun saluran air yang berada pada kawasan pegunungan merupakan proyek yang mahal dan tidak mudah. Persoalan paling mendasar ialah masyarakat tidak ingin cadangan airnya terkuras akibat proyek tersebut. "Akan sangat kontroversial karena orang-orang (di seluruh dunia) tengah putus asa dengan kebutuhan air," kata dia seperti dikutip Express.Co.UK, Selasa, 9 Oktober 2018.
Business Insider melaporkan bahwa di bawah Taman Nasional Yellowstone, ada waduk magma besar yang bertanggung jawab untuk semua geyser dan wadah panas yang menggelegak. Waduk ini memiliki potensi untuk menghancurkan umat manusia.
Kira-kira setiap 100.000 tahun, ada sebuah ledakan supervolcano di suatu tempat di dunia, yang memiliki konsekuensi berakibat fatal. Jika gunung berapi di bawah Taman Nasional Yellowstone meletus, itu akan menghasilkan kelaparan di seluruh dunia dan musim dingin vulkanik. Menurut perkiraan PBB, erupsi itu menyebabkan manusia hanya memiliki cadangan makanan yang cukup untuk 74 hari.
"Yellowstone meletus kira-kira setiap 600.000 tahun, dan itu sekitar 600.000 tahun sejak terakhir meletus,” ujar NASA.
Profesor Astrobiologi Universitas Westminster Lewis Dartnell belum lama ini mengatakan letusan Yellowstone bisa berdampak kepada peradaban manusia. Dartnell menyebut Yellowstone akan meletus dengan kekuatan terbesarnya seperti di masa lalu.
Lebih lanjut, Wilcox menilai, saat ini Yellowstone mengalami "kebocoran" panas sekitar 6 gigawatt. Bila rencana pengeboran berjalan, tingginya suhu itu bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik bertenaga panas bumi.
Otoritas bisa bekerja sama dengan swasta untuk mengoptimalkan panas bumi menjadi pembangkit listrik di mana nantinya bisa dimanfaatkan publik. "Anda perlu memberikan insentif kepada perusahaan untuk menggali. Keuntungan jangka panjangnya kita bisa mencegah terjadinya ledakan super dahsyat di masa depan," kata Wilcox.
Survei yang dilakukan para geologis Amerika Serikat (The United States Geological Survey/USGS) meragukan langkah pengeboran bisa mengurangi ledakan besar di Yellowstone. Para geologis justru menilai pengeboran malah berpotensi meningkatkan resiko letusan supervolcano. Di sisi lain, geologis menyatakan, pembangunan di sekitar kawasan taman nasional tidak diperkenankan. "Artinya membangun pembangkit listrik di atas gunung berapi tidak akan pernah terjadi," sebut USGS.
ADITYA BUDIMAN | EXPRESS.CO | BUSINESS INSIDER