Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Primata Tarsius bancanus adalah hewan yang beraktivitas saat malam atau nokturnal. Mengutip Britannica, hewan itu salah satu dari 13 spesies primata lompat kecil yang hanya ditemukan di Asia Tenggara. Di Indonesia Tarsius bancanus hidup di Sulawesi, Kalimantan, Bangka dan Belitung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hewan ini bertubuh mungil, panjang tubuhnya sekitar 15 sentimeter. Adapun bobot tarsius jantan sekitar 128 gram. Sedangkan yang betina 117 gram. Tarsius spesies ini panjang ekor bisa melebihi tubuhnya mencapai antara 18 sentimeter hingga 22 sentimeter, seperti dikutip dari situs web Pusat Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semua jenis tarsius bersifat nokturnal. Hewan ini tidur pada siang hari dan aktif saat malam hari. Tarsius beraktivitas di dahan pohon ketinggian lima meter. Tidak seperti kebanyakan binatang nokturnal lainnya, Tarsius tidak memiliki pemantul cahaya (tapetum lucidum) di matanya. Tarsius juga memiliki fovea (bagian dari retina) yang tidak biasa pada binatang nokturnal.
Otak Tarsius pun berbeda dari primata lain terkait hubungan kedua matanya dan lateral geniculate nucleus, merupakan bagian utama di talamus yang menerima informasi visual. Rangkaian lapisan sel menerima informasi dari bagian mata ipsilateral (sisi kepala yang sama) dan contralateral (sisi kepala yang berbeda) di struktur berlapis untuk representasi visual yang berlawanan (lateral geniculate nucleus). Itulah yang membedakan tarsius dari lemur, kukang, dan monyet.
Tarsius bancanus memiliki mata yang sangat besar berukuran hampir keseluruhan otaknya. Setiap bola mata tarsius berdiameter sekitar 16 milimeter. Tarsius merupakan hewan pemakan serangga (insektivor). Tarsius juga memangsa vertebrata kecil seperti burung, ular, kadal dan kelelawar. Saat melompat di antara pohon, tarsius juga menangkap burung.
RAHMAT AMIN SIREGAR