Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Teknologi Cat Pengecoh Radar

Peneliti Batan mengembangkan cat khusus antiradar dari material logam tanah jarang. Mampu menyerap gelombang radar pada frekuensi tertentu.

13 April 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Teknologi Cat Pengecoh Radar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para peneliti Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengembangkan pelapis atau cat antiradar berbasis smart magnet dengan material logam tanah jarang. Teknologi “siluman” ini diuji coba pada kapal patroli keamanan laut KRI Sadarin milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut di Pantai Mutiara, Jakarta, pada Jumat, 29 Maret lalu.

Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju Batan, Wisnu Ari Adi, mengatakan penelitian cat ini merupakan pengembangan dari pengolahan pasir monasit menjadi logam tanah jarang. “Teknologi ini mampu menyerap gelombang radar pada frekuensi tertentu,” katanya.

Para peneliti merintis pengembangan material itu pada 2015. Dua tahun kemudian, seperti dilaporkan di situs Batan, mereka berhasil membuat purwarupa pelapis pengecoh radar. Diaplikasikan pada potongan pelat kapal dari aluminium dan besi, teknologi itu sukses mengelabui radar pada frekuensi X-band 8-12 gigahertz.

Teknologi Cat Pengecoh Radar

Batan bekerja sama dengan perusahaan cat PT Sigma Utama Paint, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan TNI AL dalam mengembangkan teknologi siluman ini. Penelitian mereka didukung dana dari program inovasi industri Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. 

Menurut Wisnu, material cat antiradar ini adalah teknologi mutakhir dan hanya dimiliki negara-negara maju. Teknologi ini juga tidak dikomersialkan. “Bahan yang sangat strategis untuk pertahanan nasional suatu negara,” ujarnya.

Produk ini menggunakan prinsip magnet pintar untuk mencegah deteksi radar. Tersusun dari kombinasi unsur logam tanah jarang (17 unsur kimia dalam tabel berkala yang sangat sulit ditambang karena jarang ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi) dan logam transisi, material ini memiliki sifat seperti gelombang elektromagnetik. Struktur magnetiknya hanya bisa diuji menggunakan teknologi nuklir.

Wisnu mengungkapkan, di Asia Tenggara, hanya Batan yang mampu menguji material itu menggunakan teknologi nuklir dengan teknik berkas neutron. “Teknik pengujian ini mampu menjelaskan berbagai interaksi magnetik dan elektrik yang terjadi di dalam bahan,” tuturnya.

Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset Jumain Appe mengatakan riset cat khusus ini memberi dampak luas dalam mendorong pertumbuhan industri logam tanah jarang. Hasil penelitian tersebut, menurut Jumain, juga dapat meningkatkan kemampuan alat utama sistem pertahanan Angkatan Laut.

Jumain menyatakan pemerintah mengapresiasi para peneliti yang telah bekerja sama mengembangkan produk cat antiradar ini. Dia menerangkan, pemerintah akan terus mendorong kerja sama serupa dengan menciptakan lingkungan yang kondusif. “Melalui program, regulasi, pendanaan inovasi, serta kemudahan dalam pertanggungjawaban riset dan pengembangan,” ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus