Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banjir yang melanda pada awal Maret 2025 menegaskan pentingnya inovasi teknologi untuk membantu mengurangi dampak hujan di perkotaan. Meski belum begitu berkembang di Indonesia, teknologi mitigasi banjir sudah diandalkan oleh berbagai negara saat musim basah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indonesia masih mengandalkan sistem drainase dan kampanye soal kebersihan lingkungan untuk mencegah banjir. Sayangnya, metode tersebut belum efektif mengurangi dampak banjir di perkotaan yang tingkat urbanisasinya yang tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Solusi teknologi menjadi alternatif yang mendukung sistem drainase konvensional. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut contoh berbagai teknologi canggih yang dikembangkan untuk menghadapi banjir.
1. G-Cans (Tokyo, Jepang)
Jepang menjadi salah satu negara yang sukses memanfaatkan G-Cans, sistem kanal penampungan air bawah tanah yang dibangun di Kasukabe, Tokyo. Struktur ini memiliki tinggi sekitar 25,4 meter, setara dengan gedung enam lantai.
Pembangunan proyek mitigasi banjir ini dimulai pada 1993 dan selesai pada 2006 dengan biaya mencapai US$2,6 miliar. Kanal banjir G-Cans dilengkapi dengan lima ruang penampungan berbentuk silinder. Masing-masing ruangnya mampu menampung hingga 13 juta galon air. Ada juga menara silinder setinggi 70 meter yang berfungsi sebagai saluran aliran air menuju Sungai Edo, sehingga membantu mencegah banjir di daerah sekitarnya.
2. Thames Barrier (London, Inggris)
Inggris juga memiliki teknologi penanggulangan banjir canggih bernama Thames Barrier. Kanal dibangun sejak 1974 dan selesai dalam delapan tahun. Thames Barrier membentang selebar 520 meter di Sungai Thames dan diklaim mampu area seluas 125 meter persegi di pusat kota London.
Kanal Thames Barrier terdiri dari 10 gerbang baja dengan masing-masing lubang selebar lebih dari 20 meter. Setiap gerbang yang beratnya ratusan ton itu memiliki sensor otomatis untuk mendeteksi badai atau air pasang. Gerbang akan tertutup secara otomatis untuk mencegah aliran air dari hulu sungai masuk ke pusat kota.
3. SMART (Kuala Lumpur, Malaysia)
Malaysia menanggulangi banjir melalui proyek Stormwater Management and Road Tunnel (SMART). Terowongan ini dirancang khusus untuk mengendalikan luapan air dari sungai di sekitar Kuala Lumpur. Pembangunan SMART berjalan selama empat tahun dengan biaya mencapai Rp7 triliun.
Terowongan SMART memiliki diameter 13,2 meter dan panjang 9,7 kilometer, serta bisa menampung 3 juta meter kubik air. Selain berfungsi sebagai saluran air, terowongan ini juga berperan sebagai jalan tol bagi kendaraan bermotor saat curah hujan rendah. Kombinasi fungsi ini membuat SMART menjadi solusi efektif dalam mengatasi banjir sekaligus mengurangi kemacetan di Kuala Lumpur.
4. Delta Works (Belanda)
Belanda membangun sistem Delta Works setelah mengalami banjir besar pada 1953. Malapetaka itu menewaskan hampir 1.800 orang dan memaksa 70 ribu warga mengungsi. Banjir yang merendam sebagian besar wilayah selatan dan utara Belanda mendorong pemerintah untuk menciptakan solusi pencegahan banjir yang lebih efektif.
Delta Works merupakan proyek infrastruktur yang terdiri dari bendungan, tanggul, pintu air, dan pintu air raksasa. Struktur tersebut menghalangi air laut masuk ke daratan. Sistem yang terintegrasi ke beberapa wilayah ini melindungi pemukiman dari banjir dan badai.
5. MOSE (Venesia)
Venesia menghadapi ancaman serius akibat kenaikan permukaan laut dan penurunan permukaan tanah. Proyek Modulo Sperimentale Elettromeccanico (MOSE) hadir sebagai solusi untuk melindungi Laguna Venesia dari banjir dan mencegah tenggelamnya kota tersebut di Laut Adriatik.
Proyek MOSE terdiri dari serangkaian gerbang apung yang dapat ditutup saat permukaan laut meningkat. Sistem ini tidak hanya melindungi Venesia dari banjir, tetapi juga mencegah kenaikan lebih lanjut dari permukaan air. Nama MOSE sendiri merujuk pada kisah Musa yang membelah Laut Merah, merepresentasikan fungsi proyek ini dalam menahan aliran air.
Pilihan Editor: BMKG Umumkan Akan Memulai Era AI dalam Layanan Prakiraan Cuaca