Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Gempa Situbondo 11 Oktober 2018 masih menimbulkan teka-teki soal sesar atau patahan mana yang bergerak hingga menimbulkan guncangan berkekuatan magnitudo 6,0.
Baca: Daftar 15 Sumber Potensi Gempa Besar di Indonesia
Baca: Gempa Magnitudo 5,6 Guncang Bitung
Baca: Kontroversi Sesar Pemicu Gempa di Jakarta, Ini Kata Ahli ITB
"Sesar di tengah Selat Madura bagian timur yang membangkitkan gempa ini belum terpetakan dan belum ada nama yang baku," kata Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG).
Menurutnya, BMKG banyak mendapat pertanyaan dari masyarakat terkait apa nama sesar pembangkit Gempa Situbondo. Untuk menjawabnya, BMKG memulainya dengan memahami mekanisme sumber gempa.
"Perlu dicek dulu dari moment tensor solution-nya, blok mana yang naik pada sesarnya apakah blok utara atau selatan, dan arah kemiringan sesarnya," kata dia lewat keterangan tertulis, Jumat, 12 Oktober 2018.
Hasil analisis mekanisme sumber gempa Sumenep-Situbondo, kata Daryono, menunjukkan penyesaran yang terjadi merupakan sesar naik (thrust fault). Kemiringan bidang sesar ke arah selatan. Jurus sesar (strike) sebesar 115 derajat dan kemiringan sesar (dip) sebesar 36 derajat.
Selanjutnya untuk menilai dugaan dan kemungkinan patahannya, BMKG menilai tiga sesar yang diduga sebagai pembangkit gempa.
Dugaan pertama adalah Sesar Rembang, Madura, Kangan, dan Sakala (RMKS). Sistem sesar itu punya mekanisme pergerakan mendatar mengiri (strike-slip sinistral). Sesar RMKS ini yang bertanggung jawab mengangkat Pulau Madura dalam bentuk flower structures.
"Melihat mekanisme sumber gempanya, Sesar RMKS bukanlah pembangkit gempa Situbondo," kata Daryono. Selain itu, jarak episenter atau titik sumber gempa Situbondo terhitung sangat jauh dari zona sesar RMKS.
Dugaan kedua tertuju ke struktur Sesar Kambing yang berada di selatan Pulau Kambing. Sesar ini lokasinya di sebelah selatan Kabupaten Sampang, Madura. Sesar Kambing merupakan sesar naik. Bagian yang naik adalah blok bagian utara dan sesarnya miring ke utara.
"Ini berlawanan dengan mekanisme sumber gempa Sumenep-Situbondo kemarin di mana blok selatan yang naik dan kemiringan sesarnya ke arah selatan," kata Daryono. Selain itu, lokasi struktur Sesar Kambing terletak cukup jauh di utara episenter gempa Situbondo.
Dugaan ketiga, Sesar Naik Flores yang jalurnya memanjang dari utara Flores sampai utara Selat Lombok. Beberapa kajian menunjukkan adanya kemenerusan sesar ini hingga utara Bali. Hasil kajian peneliti gempa menyebutkan Sesar Naik Flores di utara Bali berubah menjadi lipatan.
Mekanisme sumber gempa akibat Sesar Naik Flores, kata Daryono, paling mirip dengan gempa Sumenep-Situbondo. Mekanismenya pergerakan naik dengan kemiringan ke arah selatan.
Walau mekanisme sumber gempa Situbondo mirip dengan Sesar Naik Flores, ujar Daryono, tetapi mekanismenya juga mirip dengan gempa-gempa akibat aktivitas sesar naik Kompleks Kendeng Thrust di Jawa Timur yang diduga kuat menerus ke Selat Madura.
Kesimpulan sementara BMKG, yaitu diketahui adanya terusan struktur sesar naik setelah struktur Sesar Naik Flores dari timur habis di utara Bali-Selat Lombok pasca kejadian Gempa Sumenep-Situbondo M=6,0 pada 11 Oktober 2018.
Sesar yang diketahui jelas namanya itu naik ke arah barat melalui Selat Madura dan tampaknya akan terhubung dengan sesar naik di Kompleks Kendeng Thrust di Jawa Timur.
Simak artikel lainnya tentang gempa Situbondo di kanal Tekno Tempo.co.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini