Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Astronot lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat, NASA, Stephanie Wilson, tergabung dalam program Artemis NASA. Dia merupakan satu dari 17 astronot di program itu yang berpotensi menjadi perempuan pertama yang menginjakkan kaki di Bulan pada 2024.
Wilson mengaku senang serta menantikan siapa pun perempuan pertama itu dan para perempuan lain yang akan mengikuti bagian dari program Artemis dan melanjutkan studi mereka tentang Bulan. "Bisa pergi ke Bulan dan menjelajahi permukaannya, serta semoga bisa membangun pangkalan di sana dan melanjutkan petualangan kami dari laboratorium Gateway," ujar dia seperti dikutip Space.com, Senin 13 Juli 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laboratorium yang dirujuk Wilson adalah sebuah platform yang mengorbit Bulan, sebuah program yang diajukan NASA yang memungkinkan para astronot untuk pergi-pulang lebih mudah ke dan dari permukaan Bulan.
Menurut Wilson, memasukkan perempuan dalam misi Artemis adalah bukti luar biasa atas kemajuan yang telah dibuat dalam penerbangan luar angkasa. Setelah yang pertama pada 1978 lalu ketika perempuan pertama kali diizinkan melamar ke korps astronot. Wilson sendiri telah berkarir sebagai astronot selama 24 tahun dan mengaku menyaksikan kehidupan perempuan di NASA telah berubah.
Dia mengaku beruntung bisa belajar teknik dan menemukan jalan ke NASA, untuk bergabung dengan kelas astronot NASA tahun 1996. "Selama periode karir saya, saya telah melihat peningkatan peluang bagi wanita. Kami sekarang memiliki para perempuan yang bekerja di pusat kendali misi, bekerja sebagai direktur penerbangan," kata Wilson.
Kepada para remaja yang ingin menjadi astronot seperti dirinya, veteran dari tiga misi pesawat ulang alik dan mencecap 42 hari hidup di ruang angkasa itu berbagi beberapa saran. Menurutnya, ada banyak peluang bagi perempuan dalam STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika).
"Jadi saya mendorong para remaja putri ini untuk belajar keras. Jika matematika dan sains adalah minat mereka maka mereka pasti bisa menemukan jalan ke NASA untuk berkarir," kata Wilson.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perempuan keturunan Afrika-Amerika ini menerangkan bahwa kemampuan atau gelar di bidang STEM sangat penting bagi calon astronot dari sipil--untuk membedakan dari mereka yang berasal dari militer. Dan dari segi kualitas atau sifat untuk generasi Artemis, menurutnya, astronot harus memiliki apa yang disebut NASA sebagai 'keterampilan ekspedisi'.
Sangat mirip dengan generasi stasiun ruang angkasa, Wilson menambahkan, NASA mencari orang yang dapat beradaptasi, dan mampu bekerja dengan baik dalam tim. Para astronot harus dapat bertransisi dengan baik antara menjadi pemimpin dan pengikut, juga membuat keputusan yang baik dengan cepat dan efisien dalam situasi darurat atau dalam situasi di mana sumber daya terbatas.
"Astronot harus dapat memimpin diri mereka sendiri dan tim mereka menuju hasil yang sukses dan aman," ujar perempuan berusia 53 tahun itu.
Jadi, mengapa orang ingin menjadi astronot? Mengapa spesies manusia sangat ingin menjelajahi kosmos? Jawab Wilson adalah menjadi petualang dan penjelajah adalah sifat alami manusia. Ini adalah sejarah bagaimana manusia telah mengembangkan Bumi, sehingga secara alami berlanjut ke perbatasan ruang angkasa.
"Tapi, kita juga belajar banyak tentang diri kita sendiri, dan kita dapat membawa teknologi itu kembali ke bumi," katanya merujuk pada semua penelitian yang terjadi di Stasiun Luar Angkasa Internasional di bidang termasuk ilmu fisik, ilmu material dan kedokteran. "Penelitian berbasis luar angkasa dapat sangat meningkatkan kehidupan kita serta memajukan teknologi yang kita miliki di Bumi."
SPACE.COM | NASA