Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bakat pemain sepak bola Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan para pemain dari luar negeri. Namun, pemain Indonesia gagal bersaing karena mental dan wawasan yang kurang kuat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini jadi bahasan dalam diskusi berjudul 'Understanding Football Club's Buisness Model' dengan pembicara Mirwan Suwarso, Official Representative klub Italia FC Como 1907, yang berlangsung secara daring, Jumat, 11 Februari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mirwan mengatakan, jika pemain sepak bola di Indonesia ingin berkembang mereka harus berani merantau di luar negeri dengan sendiri. Artinya mereka nantinya harus bersiap dengan cara adaptasi di negara tempat mereka
"Kalau impian mereka ingin menjadi pemain sepak bola dunia, maka mindset mereka harus diubah. Mereka saat melihat dunia baru, cara berpikir pun baru," kata Mirwan.
Menurut Mirwan, pemain muda berusia 16, 17, dan 18 tahun jika mereka ingin berkembang idealnya adalah merantau sendiri, atau maksimal dua orang. Mirwan juga menceritakan bagaimana perbedaan pemain luar negeri dan Indonesia saat mengisi waktu senggang.
"Idealnya mereka itu terjun sendiri, merantau selayaknya orang merantau. Belajar menjadi dewasa. Dan akan merasakan betapa sulitnya mendedikasikan profesionalisme itu sendiri," jelas dia.
"Pemain Indonesia saat usia 16 tahun mereka mengisi waktu senggang dengan apa, bermain media sosial (tiktok), berkumpul atau bermain gitar. Sedangkan pemain Italia, mereka belajar untuk mempersiapkan masuk kuliah. Harapan saya kalau mau jadi pemain sepak bola yang benar, mindset-nya tidak boleh sama seperti pemain sepak bola," ungkap Mirwan.
Mirwan dapat menceritakan bagaimana pola pikir pemain muda sepak bola Indonesia, karena ia juga terjun di program Garuda Select. Sebenarnya program Garuda Select cukup membawa dampak positif bagi sepak bola Indonesia.
Sebab pemain yang terpilih dari Indonesia tersebut menghadapi sulitnya rintangan sepak bola di Eropa. Sayangnya mental pemain Indonesia tidak cukup kuat.
"Dalam sepak bola kalau dapat situasi negatif, harusnya dibuktikan. Tapi ini malah kemudian ngambek mau pulang. Rata-rata pemain kita begitu," ujar dia.
Mirwan memberikan contoh salah satu pemain Garuda Select yang memiliki sikap berbeda dari yang lainnya, yaitu Bagus Kahfi. Saat ini Bagus bermain di Belanda bersama FC Utrecht.
"Saya akui yang bagus itu Bagus Kahfi di Belanda. Sayangnya apes karena cedera terus. Tetapi pelatihnya melaporkan jika kagum dengan Bagus. Saat cedera, ia malah berlatih keras," katanya.
"Bagus sejak zaman di Garuda Select jadi satu-satunya pemain yang mau membaur dengan orang-orang luar, bukan sesama pemain Indonesia terus," kata Mirwan.
Como 1907 FC, tempat Mirwan Suwarso bertugas, adalah salah klub sepak bola Seri B Liga Italia yang sahamnya dimilik orang Indonesia, yakni Djarum Group, sejak 2019.