Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepakbola

Piala Dunia 2018: Langkah Madrid, Lopetegui, dan Bumerang Spanyol

Keputusan Real Madrid mengumumkan pemilihan Julen Lopetegui sebagai pelatih mereka menjelang Spanyol bertarung di Piala Dunia 2018 dikritik.

13 Juni 2018 | 15.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Siapa yang bisa merusak fokus konsentrasi Spanyol menjelang tampil di Piala Dunia 2018? Mereka sendiri atau Real Madrid?

Baca: Anomali Cuaca Hantui Piala Dunia 2018

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada Selasa, 12 Juni 2018, Real Madrid mengumumkan Julen Lopetegui, pelatih tim nasional Spanyol sekarang, akan menjadi pelatih Madrid seusai Piala Dunia itu berlangsung di Rusia.

Baca: Piala Dunia 2018 Sudah Dekat, Mbappe Malah Cedera

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Spanyol tentunya sedang mempersiapkan diri menghadapi Portugal pada pertandingan pertama mereka di fase Grup B Piala Dunia 2018 pada Jumat atau Sabtu dinihari waktu Indonesia, 16 Juni mendatang, di Sochi.

Tapi, sekitar empat hari menjelang pertarungan serius itu -karena lawannya adalah Cristiano Ronaldo dan juara Euro 2016-, tiba-tiba ada berita besar pada diri pelatih Spanyol yang tak ada hubungannya dengan perjuangan mereka di Piala Dunia 2018. Ini era ketika Spanyol sedang berjuang bangkit setelah terpuruk di Piala Dunia 2014 dan Euro 2016.

Vicente Del Bosque, yang sukses membawa Spanyol memenangi Piala Dunia 2010 dan Euro 2012, mengatakan pengumuman Lopetegui sebagai pelatih Real Madrid musim depan yang waktunya berdekatan dengan Piala Dunia 2018 tidak menjadi masalah. 

Baca: Griezmann Yakin Prancis Bisa Menjuarai Piala Dunia 2018

 "Saya yakin bahwa Lopetegui akan melakukan peran yang sama. Itu tidak akan mempengaruhi dirinya,” kata Del Bosque, yang juga pelatih Real Madrid sebelum menangani Spanyol, kepada Onda Cero sebagaimana dikutip situs Goal.

Pria berusia 67 tahun ini juga senang bahwa Madrid menoleh kepada manajer Spanyol lainnya untuk menangani klub mereka. Ia yakin Lopetegui yang berusia 51 tahun itu akan mampu meneruskan sukses Zinedine Zidane di Madrid.

Lopetegui tidak merampungkan kontrak dua tahunnya sebagai manajer Porto karena dipecat sebelum terpilih sebagai manajer tim Spanyol menggantikan Del Bosque.

Tapi, mantan kiper Real Madrid dan Barcelona itu sukses membawa tim Spanyol U-19 dan U-21 masing-masing sebagai juara Eropa 2012 dan 2013, sebelum ia menerima tarawan klub terkemuka di Portugal. Porto.

Lopetegui juga sukses memperbaiki reputasi tim senior Spanyol yang tersingkir pada babak sistem gugur Euro 2016 di bawah asuhan Del Bosque.

Di bawah asuhan Lopetegui, Spanyol tidak terkalahkan dalam 20 pertandingan dan lolos  meyakinkan ke Rusia dalam kualifikasi mereka di Zona Eropa.

Tapi, berbeda dengan Del Bosque, editor dari salah satu koran olahraga di Spanyol, Diario AS, yaitu Alfredo Relano, menilai pengumuman Real Madrid tentang penunjukkan Lopetegui adalah tindakan terburu-buru.

Relano berpendapat tindakan tersebut akan menjadi faktor yang memicu kebencian yang semakin mendalam terhadap orang-orang atau para suporter yang berlawanan dengan Real Madrid.

Tindakan lebih dini untuk mengumumkan penunjukkan Lopetegui, sehingga ia harus menyudahi ikatan kontraknya dua tahun lebih awal di tim nasional Spanyol, dinilai Relano tidak memperbaiki citra Real Madrid di dalam dan luar negeri.

Buat Relano, Real Madrid lebih baik mengumumkan hal itu setelah Piala Dunia 2018 usai atau sampai sejauh mana Spanyol bisa melaju di Rusia.

Selain itu, keputusan Real Madrid tersebut terjadi kurang dari satu bulan setelah Lopeteguo menandatangani kontrak baru sebagai pelatih Spanyol sampai Euro 2020.

Federasi Sepak Bola Spanyol (REFE) mempercayai Lopeteguo setelah pelatih ini membawa tim mereka tak terkalahkan selama mengikuti kualifikasi Piala Dunia 2018 di Zona Eropa.

Setelah menurun drastis sejak Piala Dunia 2014 sampai Euro 2016, kini dominasi pemain Real Madrid di tim nasional Spanyol memang lebih kuat dibanding Barcelona.

Menghadapi Piala Dunia 2018 ini, Lopetegui merekrut enam pemain Real Madrid, termasuk kapten Madrid dan tim nasional sekarang, Sergio Ramos. Bahkan, sebenarnya, ada tujuh pemain Madrid bersama Jesus Vallejo, yang disiagakan bila ada pemain utama yang mendadak cedera serius.

Lopetegui memang sudah akrab sejak menjadi kiper dan kemudian beralih menjadi pelatih tim junior di Real Madrid.

Tak dipungkiri Real Madrid memang lebih sukses sekarang di arena internasional. Mereka memenangi Liga Champions dalam tiga musim terakhir. Tapi, di kompetisi domestik musim lalu, mereka di bawah Barcelona, bahkan di belakang Atletico Madrid.

Tapi, kesepakatan Lopetgui dengan Real Madrid yang terjadi hanya beberapa hari sebelum Spanyol bertarung di Piala Dunia 2018, dikhawatirkan mengembalikan luka lama yang di tubuh tim nasional Spanyol.

Sebelum Luis Aragones, pria sepuh dari Atletico Madrid itu, membawa Spanyol memenangi Euro 2008, tim ini tak pernah bisa tampil maksimal karena gesekan antara klan Real Madrid dan klan Barcelona begitu sengit dan sulit disatukan.

Luka lama itu muncul kembali dalam ingatan, ketika belum lama ini mantan dirigen permainan tiki-taka tim Spanyol era Aragones dan di Piala Dunia 2010 serta Barcelona, Xavier “Xavi” Hernandez, mengkritik tim Los Blancos sekarang yang disebutnya semakin kehilangan keindahan permainan.

Xavi mengatakan Real Madrid, yang mencetak rekor memenangi Liga Champions tiga kali beruntun, tidak ingin bermain indah seperti musuh bebuyutan mereka, Barcelona. Di La Liga musim lalu, Madrid berada 16 poin di bawah Barcelona yang menjadi juara.

Mantan gelandang Barcelona itu yakin Madrid semakin tak menyukai keindahan sejak ditangani Jose Mourinho pada 2010-13.

“Madrid tidak bermain indah. Di Bernabeu, jika seorang bek menendang bola sampai ke tribun tidak menjadi masalah. Itulah kulturnya. Suporter akan bertepuk tangan,” kata Xavi, 37, yang kini bermain buat Al Sadd di Qatar, kepada El Pais.

“Di Camp Nou, anda menyapu bola sampai ke tribun dan muncul gerutuan begitu keras dari arah penonton, sehingga hasilnya negatif. Hal itu terjadi sejak zaman (Johan) Cruyff,” Xavi melanjutkan.

"Pada era Mourinho di Madrid, mereka menendang bola langsung melalui umpan lambung. Mourinho bilang kepada pemainnya untuk jangan pernah menghentikan bola dan bermain cepat. Dan, kemudian, Angel Di Maria, Cristiano Ronaldo atau Karim Benzema akan melakukan serangan mendadak. Kini, mereka melakukan hal itu dengan Gareth Bale. Mereka tidak ingin bermain sepak bola,” Xavi menambahkan.

Perasaan yang sama dengan Xavi tersebut bukan tak mungkin dirasakan mantan rekan-rekannya dari Barca pada era tim Spanyol sekarang, Sergi Busquets, Gerard Pique, Andres Iniesta, dan kawan-kawan, ketika Real Madrid mendominasi skuad di Piala Dunia 2018 dari pemain sampai pelatih. Otomatis gaya permainan Madrid akan berpengaruh besar pada tim Spanyol di Rusia.

Baca: Piala Dunia 2018: Sepp Blatter Diundang Vladimir Putin

Luka lama itu bisa terkoyak kembali jika Spanyol gagal melewati perempat final di Piala Dunia 2018 ini. Tapi, jika kebalikannya, bahkan sampai juara, Lopetegui akan kembali ke Spanyol sebagai pahlawan.

 

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus