Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepakbola

Arab Saudi Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2034, Ada Sorotan terhadap Dugaan Pelanggaran HAM

FIFA mengumumkan bahwa Arab Saudi bakal menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034. Ini menuai kritik dari sejumlah organisasi hak asasi manusia.

12 Desember 2024 | 09.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan sepak bola dunia (FIFA) mengumumkan bahwa Arab Saudi bakal menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034. Pengumuman tuan rumah dua turnamen tersebut dilakukan di Kongres FIFA yang digelar secara virtual pada Rabu, 11 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FIFA juga mengumumkan Piala Dunia 2030 akan digelar di tiga benua yaitu Maroko (Afrika), Spanyol dan Portugal (Eropa) akan menjadi tuan rumah utama. Tiga negara dari benua Amerika Selatan yaitu Uruguay, Argentina, dan Paraguay dipastikan menggelar laga pembuka Piala Dunia 2030 sebagai peringatan seratus tahun Piala Dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terpilihnya Arab Saudi tidak mengejutkan. Negara ini adalah satu-satunya negara yang mengajukan tawaran untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034.

Sementara itu, FIFA belum menentukan waktu penyelenggaraan Piala Dunia 2034. Terpilihnya Arab Saudi sebagai tuan rumah berpotensi mengubah waktu penyelenggaraan turnamen tersebut. Piala Dunia biasanya berlangsung di musim panas atau bulan Juni hingga Juli. Namun, mengingat Arab Saudi memiliki iklim yang sangat panas, urnamen ini berpotensi dipindah ke akhir tahun seperti penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar.

Sorotan terhadap Pelanggaran HAM di Arab Saudi

Sejumlah organisasi hak asasi manusia mengecam keras FIFA yang secara resmi menunjuk Arab Saudi sebagai tuan rumah Piala Dunia Pria 2034. Menjadi tuan rumah turnamen akbar global tersebut merupakan puncak dari hasrat Arab Saudi dalam bidang olahraga dan hiburan selama beberapa tahun terakhir.

Arab Saudi dianggap sedang berupaya meningkatkan citra di dunia internasional. "Keputusan sembrono FIFA akan membahayakan banyak nyawa," kata Steve Cockburn, Kepala Hak Buruh Amnesty International, dalam sebuah pernyataan yang disusun oleh 21 organisasi hak asasi manusia seperti organisasi hak asasi manusia diaspora Saudi, kelompok pekerja migran dari Nepal dan Kenya, serikat pekerja internasional, dan perwakilan penggemar.

"FIFA tahu bahwa pekerja akan dieksploitasi dan bahkan mati tanpa reformasi mendasar di Arab Saudi, tetapi tetap memilih untuk terus maju," ujar Cockburn lagi.

Arab Saudi telah berinvestasi besar dalam olahraga. Mereka merombak liga sepak bola domestiknya dengan merekrut bintang-bintang global seperti Cristiano Ronaldo dari Portugal dan Neymar dari Brasil. Dana Investasi Publik (PIF) kerajaan tersebut mengakuisisi klub Liga Premier Inggris Newcastle United dan mendirikan tur Golf LIV, yang menantang dominasi PGA Tour yang berbasis di Amerika Serikat.

Arab Saudi tahun ini menjadi tuan rumah Final Tenis WTA untuk pertama kalinya. Arab Saudi juga telah berinvestasi dalam olahraga seperti tinju karena terus bermetamorfosis menjadi pusat pariwisata sebagai bagian dari program transformasi ekonomi Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed Bin Salman.

Amnesty International menilai FIFA membuat langkah yang membantu Arab Saudi menghapus sejumlah catatan pelanggaran hak asasi manusia. Arab Saudi telah melarang serikat pekerja, tidak memiliki upah minimum untuk pekerja migran, dan memberlakukan sistem "kafala" untuk sponsor pekerja asing.

"Kafala" mengikat pekerja migran pada satu pemberi kerja dan mencegah mereka meninggalkan kerajaan tanpa persetujuan pemberi kerja. Kelompok hak asasi manusia mengatakan hal itu membuat pekerja rentan terhadap eksploitasi.

Arab Saudi membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia. Negara itu mengatakan bahwa mereka melindungi keamanan nasional melalui hukumnya. 

Kepala unit pencalonan Arab Saudi sebagai tuan rumah Piala Dunia, Hammam Albalawi, mengatakan, kepada Reuters bahwa kerajaan Arab Saudi telah meluncurkan beberapa inisiatif untuk melindungi hak-hak pekerja sebagai bagian dari Visi 2030. "Sekarang karyawan memiliki kebebasan memilih untuk pindah dari satu pemberi kerja ke pemberi kerja lainnya," kata dia. "Satu setengah bulan yang lalu, pemerintah mengumumkan polis asuransi baru, yang berarti bahwa jika ada perusahaan yang bangkrut, pemerintah dapat turun tangan dan memastikan pekerja dibayar iurannya."

Ada 13,4 juta pekerja ekspatriat di Arab Saudi pada tahun 2022. Itu adalah terakhir kali sensus dilakukan. Angka itu juga mencakup 42 persen dari populasi.

The Business and Human Rights Resource Centre (BHRCC) juga menyebutkan bahwa satu stadion yang sedang dibangun untuk Piala Dunia. Pembangunan itu telah dikaitkan dengan dugaan eksploitasi tenaga kerja selama 10 jam dalam kondisi panas ekstrem. "FIFA, sponsornya, dan perusahaan multinasional memiliki tanggung jawab hukum dan etika untuk menghormati hak asasi manusia," kata Phil Bloomer, Direktur Eksekutif BHRRC.

FIFA juga mendapat kritik serupa dari kelompok hak asasi manusia karena memberikan hak tuan rumah Piala Dunia 2022 kepada Qatar. Laporan Amnesty pada tahun 2021 mengatakan praktik seperti menahan gaji dan memungut biaya kepada pekerja untuk pindah pekerjaan marak terjadi. Meski begitu, otoritas Qatar mengatakan kritik itu tidak adil dan tidak berdasar, merujuk pada reformasi hukum ketenagakerjaan yang diberlakukan sejak 2018.

Menteri Olahraga Kerajaan Arab Saudi Abdulaziz bin Turki Al-Faisal mengatakan bahwa Piala Dunia telah memberi mereka wawasan yang baik tentang apa saja yang perlu dilakukan dengan benar. "Saya pikir kontroversi akan terjadi dalam apa pun yang Anda lakukan dan kami telah belajar banyak dari pengalaman mereka," kata dia. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus