Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pep Guardiola sudah tiga kali gagal meloloskan Manchester City dari babak perempat final Liga Champions. Pada kesempatan terakhir, yaitu dinihari tadi, Minggu 16 Agustus 2020, di Stadion Benfica, Lisabon, Portugal, Manchester City dikalahkan Lyon 3-1.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah media Inggris mengkritik perubahan formasi yang diturunkan Guardiola dalam pertandingan dinihari tadi, yaitu dengan memasang formasi 3-5-2 dan bukan sebagaimana formasi lebih agresif 4-3-3.
Guardiola dikritik seolah-olah memposisikan Manchester City bermain dalam posisi yang tidak diunggulkan atau underdog menghadapi Lyon. Formasi 3-5-2, menurut media-media di Inggris itu, mungkin tepat dipakai untuk menyingkirkan Real Madrid dalam dua laga pada 16 besar, tapi tidak saat untuk melawan Lyon.
Alih-alih memasang pemain gelandang serang Phil Foden sebagai pemain starter, Guardiola malah membangkucadangkan untuk memainkan bek tengah, Eric Garcia. Ia dinilai tidak berani seperti biasanya dan mengingkari prinsipnya untuk selalu mengambil inisiatif kendali permainan lebih dulu.
“Dalam kompetisi ini, taktik bukan hal paling penting,” sanggah Guardiola, yang terakhir kali memenangi Liga Champions pada 2011 bersama Barcelona dan setelah tak lagi bisa bersama Bayern Munich dan sekarang, Manchester City.
"Kami bekerja tiga hari untuk mempersiapkan pertandingan ini. Kami berdiskusi dan menganalisanya. Cara mereka bermain sungguh baik. Itu bukan satu masalah. Saya tahu bagaimana bekerjanya. Saya tahu mengapa kami melakukannya,” Guardiola melanjutkan. “Musim depan, kami akan berusaha melakukannya lagi.”
Memang ada ketidakberuntungan ketika Raheem Sterling membuang peluang emas untuk menyamakan kedudukan 2-2 dalam pertandingan dinihari tadi. Tapi, secara keseluruhan, perubahan taktik Pep Guardiola yang dinilai menjadi biang utama kegagalan Manchester City dinihari tadi.
Pep Guardiola sudah 10 kali membawa tim mencapai perempat final Liga Champios bersama Barcelona, Bayern Munich, dan Manchester City. Tapi, hanya Barcelona yang dibawanya menjadi juara, Munich diantarkannya ke semifinal dan City hanya delapan besar.
Adalah Manuel Pellegrini, pelatih kawakan asal Cile dan juga mantan pembesut Barca, yang terakhir meloloskan Manchester City ke semifinal Liga Champions.
Padahal, tujuan akhir dari Khaldoon Al Mubarak dan kawan-kawan dari Abu Dhabi United Group ketika membeli kepemilikan Manchester City pada 2008 adalah menjadikan City menjadi raja di Eropa. Tapi, setelah menggantikan Pellegrini dengan Guardiola, mereka baru bisa juara Liga Primer Inggris.
Pep Guardiola juga seperti melewatkan momentum lolosnya Manchester City dari jeratan hukuman dari badan sepak bola Eropa, UEFA, musim ini karena dianggap merekayasa peraturan Financial Fair Play.
Banding Manchester City kepada Pengadilan Arbitrase Olahraga di Lausanne, Swiss, melolosakan City dari hukuman dilarang tampil di Eropa selama dua tahun mulai musim depan.
Lantas, apakah Pep Guardiola akan dipecat sebagai Quique Setien di Barcelona? Belum ada tanda-tanda atau malah sebaliknya, di atas kertas posisi mantan bintang pemain dan pelatih Barcelona ini masih lumayan kuat di tim yang bermarkas di Stadion Etihad ini.