Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 12 Mei, 23 tahun lalu menjadi saat bersejarah bagi gerakan reformasi. Tonggak lain reformasi pada peristiwa tragedi Semanggi I yang yang menewaskan 17 warga sipil, salah satunya mahasiswa Bernardinus Realino Norma Irmawan atau Wawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sumarsih, ibu Wawan yang kemudian menjadi salah satu sosok pemrakarsa Aksi Kamisan mengenang puisi gubahan anaknya yang ia temukan dalam buku catatan Wawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sumarsih membagikan puisi yang belum sempat diberi judul oleh Wawan. Puisi tanpa judul karya Wawan yang kerap dibacakan di salah satu radio di untuk mengenang terjadinya tragedi Semanggi I dan II, serta 12 Mei untuk mengenang peristiwa tragedi Trisakti. Berikut puisi tanpa judul tersebut:
Apakah aku pejuang atau pahlawan reformasi,
Aku tak tahu, itu hanya ungkapan orang
Aku bosan dilecehkan, ketika aku berkata perjuangan
Seakanaku seorang pelawak
Aku bukan pelawak, aku hanya mencoba
Aku mencoba menuruti hati nurani
Aku berusaha untuk orang lain
Aku tak peduli akan balas budi
Aku hanya bisa berusaha agar semua orang bisa tersenyum
Aku hanya ingin orang bisa bebas
Aku hanya ingin mencintai
Terlalu besar yang aku korbankan,
Kuliah, jodoh dan kedamaian
Berbulan-bulan aku dicekam rasa takut,
Takut disiksa
Berbulan-bulan akulari dari hidup normal
Tapi perjuangan yang hampir selesaimusnah
Reformasi kini hanya kedok para penguasa
Aku masih ingin berjuang, tapi itu tak mungkin
Kiri kanankujurang, depan belakangkutembok
Aku sendiri, haruskah aku lari keluar seperti yang lain?
Belum, aku masih punya nyawa, dan itu pengorbananterakhirku
Aku ingin bebas, aku ingin menjadi manusia biasa
Tapi itu melawan nnuran
Manusia harus bbeba
Pejabat harus melayani bukan dilayani, menindas, memeras dan menyiksa
Aku harus menang
Aku dambakan reformasi dan demokrasi.
Wawan merupakan mahasiswa Universitas Atma Jaya Jakarta yang menjadi salah seorang korban Peristiwa Semanggi I, yang terjadi pada 13 November 1998. Mahasiswa yang aktif di Tim Relawan Kemanusiaan ini tewas tertembak saat menolong korban tertembak lainnya.
Tragedi Semanggi I merupakan kejadian penembakan brutal oleh aparat yang terjadi saat massa yang terdiri dari mahasiswa dari berbagai universitas melakukan demonstrasi protes Sidang Istimewa DPR/MPR dan menolak Dwifungsi ABRI di kawasan Semanggi, serta tuntutan reformasi. Dari 17 korban tewas, empat mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang juga menjadi korban yaitu Teddy Mardani, Sigit Prasetya, Engkus Kusnadi dan Bernardus Realino Norma Irawan atau Wawan putra Sumarsih.
HENDRIK KHOIRUL MUHID