Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Mimpi Pramoedya Ananta Toer perlahan terwujud. Pernah sekali, Pram bermimpi karya-karyanya diadaptasi ke medium baru setelah teks yakni film.
Belasan tahun berlalu, dua karya Pram kini sudah siap untuk dirilis di layar lebar. Richard Oh, menjadi sutradara yang menggarap satu di antaranya yakni Perburuan.
Rupanya Perburuan bukan karya Pram yang mulanya ingin digarap pria kelahiran Tebingtinggi, Sumatera Utara, 30 Oktober 1959 ini. "Awalnya mempertimbangkan Gadis Pantai, kemudian saya sendiri merasa Perburuan itu lebih bisa saya garap dengan eksplorasi yang saya bisa lakukan di film ini," tutur Richard kepasa Tempo, Rabu 26 Juni 2019.
Richard mempertimbangkan faktor kerumitan yang akan ia hadapi jika bersikukuh menggarap Gadis Pantai. Menurutnya novel Gadis Pantai memerlukan riset mendalam lantaran banyak unsur tradisi yang perlu ia dalam terlebih dulu ketimbang Perburuan.
Namun menggarap Perburuan menurut Richard juga tak nihil tantangan. "Yang paling menantang dari Perburuan itu bagaimana penulis seperti Bung Pram (yang) bisa mengambil satu kejadian dalam satu hari dari beberapa karakter ini, serta mengemukakan sifat-sifat manusia dan banyak hal yang terlibat dalam memperjuangkan satu kemerdekaan," terangnya.
Aspek tersebut menurut Richard menjadi penting ditambah lagi tema besar yang terdapat dalam karya tersebut yakni persoalan kemanusiaan dan perjuangan dan hal-hal yang dipertaruhkan untuk sebuah kemerdekaan.
Richard melibatkan Adipati Dolken dan Ayushita sebagai pemeran utama pria dan wanita, Hardo dan Ningsih.
Perburuan ditulis Pram di dalam penjara Bukit Duri. Naskah ini ia selundupkan lewat sahabatnya, GJ Resink hingga bisa sampai ke tangan HB Jasin. Leeat Jasin karya ini diikutkan dalam sayembara Balai Pustaka 1949 dan menjadi juara 1.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
AISHA SHAIDRA