Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Festival musik tahunan Djakarta Warehouse Project (DWP) menjadi sorotan di media sosial usai sejumlah penonton asal Malaysia mengaku menjadi korban pemerasan oleh polisi selama acara berlangsung. Dugaan ini memicu gelombang protes di media sosial, bahkan seruan boikot terhadap festival musik EDM terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui pernyataan resminya, pihak promotor, Ismaya Live angkat bicara. Mereka menyampaikan penyesalan atas pengalaman buruk yang dialami oleh para penonton. "Kami mendengar kekhawatiran anda dan sangat menyesali kendala dan frustrasi yang anda alami," tulis Ismaya Live pada Rabu, 18 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, promotor mengaku bahwa masalah tersebut merupakan kejadian di luar kendali promotor. “Meskipun aspek-aspek tertentu dari situasi tersebut berada di luar kendali langsung kami, kami sepenuhnya memahami dampaknya terhadap anda,” ungkap mereka.
Promotor Sebut Masih Lakukan Penyelidikan
Ismaya Live kemudian menegaskan bahwa terkait dugaan pemerasan oleh polisi, mereka memastikan telah bekerja sama dengan otoritas untuk menyelidiki kasus tersebut. "Kami bekerja sama dengan otoritas dan badan tata kelola terkait untuk menyelidiki secara menyeluruh apa yang terjadi dan memastikan tindakan nyata diterapkan untuk mencegah kejadian serupa terjadi lagi di masa mendatang," tulis pernyataan itu.
Promotor juga menekankan pentingnya memberikan pengalaman terbaik bagi para penonton internasional yang hadir di Indonesia. "Kami berharap dapat menyambut Anda kembali tahun depan di negara kita tercinta, Indonesia, dan menciptakan momen bersama yang lebih tak terlupakan," tulis Ismaya Live menambahkan.
Para penonton DWP 2024 hari kedua menyaksikan atraksi drone yang membentuk peta Indonesia hingga burung garuda di Kemayoran, Jakarta pada Sabtu, 14 Desember 2024. TEMPO/Bagus Pribadi.
Deretan Protes Penonton Malaysia
Gelombang protes di media sosial bermula dari pengakuan beberapa penonton Malaysia yang merasa diperlakukan tidak adil oleh polisi di lokasi acara. Adapun sekitar 400 penonton mengaku menjadi korban pemerasan oleh polisi dengan nominal mencapai RM 9 juta atau sekitar Rp 32 miliar. Salah satu pernyataan diungkapkan dari akun Instagram @*qu*ss*bum di kolom komentar.
"Pengalaman itu benar-benar buruk. Saat saya sedang menikmati acara, polisi tiba-tiba datang dan mulai menangkap orang-orang di sekitar saya," tulisnya. Dia juga mempertanyakan tindakan polisi yang dianggap sewenang-wenang terhadap penonton internasional meski tidak ditemukan pelanggaran.
"Bagaimana bisa polisi menangkap dan membawa orang satu per satu tanpa alasan yang jelas? Dari yang kami tahu, kawasan ini berada di wilayah hukum Polres Jakarta Pusat,” ungkapnya. Akun ini juga menyertakan tagar #BoikotDjakartaWarehouseProject.
Akun lain, @e***a*r, juga membagikan pengalaman serupa. Ia juga menyebut bahwa sejumlah penonton diperas oleh polisi yang menyamar. "Ada dua polisi yang menyamar menatap temanku dan aku selama 15 menit, ketika kami mabuk. Kami melihat kembali mereka setelah kami menyadari bahwa mereka adalah UC (undercover/menyamar)," tulisnya.
Saat itu, ia melihat para polisi tersebut menghentikan beberapa penonton lain tanpa alasan. “Mereka pergi untuk menghentikan pasangan lain secara ACAK, tanpa alasan, dan membawa mereka (penonton) keluar. Lima dari mereka (polisi) mengawal,” ungkapnya. "Sungguh mengerikan. Saya tidak akan pernah kembali ke DWP. Sebagai gantinya, saya akan pergi ke festival di Thailand."
Komentar lain turut menguatkan tudingan soal pemerasan oleh polisi, termasuk dari akun @*ik*sh*sd* yang mengaku kecewa berat dengan pengalaman pertamanya di DWP. "Maaf, tapi ini adalah pengalaman pertama dan terakhir saya di DWP. Tidak akan pernah lagi," tulisnya.
Dia menambahkan bahwa penonton asal Malaysia kerap menjadi target, bahkan ketika hasil tes urine menunjukkan negatif. "Yang lebih buruk, mereka meminta suap yang sangat tinggi, mulai dari RM 90.000 (sekitar Rp 315 juta) hingga RM 200.000! (sekitar Rp 700 juta)" ungkapnya. Menurut dia, kejadian ini mencoreng citra DWP sebagai festival internasional.
DWP 2024 digelar selama tiga hari, 13-15 Desember 2024, di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat. Festival musik EDM yang telah berlangsung sejak 2008 ini menarik ribuan pengunjung dari dalam dan luar negeri. Tahun ini DWP menampilkan deretan musisi papan atas seperti Steve Aoki, Timmy Trumpet, Armin Van Buuren, hingga Zedd.