Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan laman Netflix, Song of the Bandits digarap oleh Han Jung Hoon dan Hwang Jun Hyung. Serial ini menceritakan tentang Kim Nam Gil sebagai tentara yang diperbudak memimpin perlawanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serial drama Koreaa atau drakor ini juga mendramatisasi pemberontakan Joseonian (Korea) abad lalu melawan Jepang dengan beragam konflik. Selain itu, saat pendudukan Jepang di Korea kala itu, terjadi pula perselisihan bersejarah atas Gando (wilayah Cina dan Korea). Akibatnya, latar tempat serial ini sebagian besar berada di Gando yang diperebutkan dua negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak hanya hadir dalam serial saja, tetapi Gando juga ada dalam sejarah Korea Selatan. Wilayah yang dalam bahasa Cina ini disebut sebagai Jiandao telah lama menjadi wilayah sengketa teritorial Korea dan Cina.
Jiandao mengacu pada bagian timur laut Cina yang sebagian besar dihuni oleh orang Korea dengan luas sekitar 31.000 kilometer persegi. Wilayah ini juga berfungsi sebagai rumah bagi sekitar satu juta etnis Korea.
Provinsi Jiandao merupakan salah satu provinsi Manchukuo, negara boneka Kekaisaran Jepang di Manchuria selama Perang Dunia II dengan ibu kota Yanji. Saat ini, sebagian besar wilayah berada di Prefektur Otonomi Korea Yanbian, bagian Provinsi Jilin Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Orang Cina lebih sering menyebut wilayah itu Yanbian karena istilah Jiandao berhubungan dengan pendudukan Jepang. Korea Utara dan Korea Selatan mengakui wilayah tersebut sebagai bagian dari RRT, tetapi beberapa kelompok di Korea Selatan mengklaim sebagai bagian sejarah Korea.
Mengacu newworldencyclopedia.org, beberapa orang Korea Selatan berusaha agar masalah kedaulatan Korea atau Cina atas Jiandao dibuka kembali. Sebab, mereka menyatakan bahwa wilayah tersebut berada di dalam batas-batas Korea sampai penjajahan Korea oleh Jepang. Namun, pada 18 April 1906, militer Jepang menginvasi Gando yang menyatakan wilayah itu berada di bawah kekuasaan Jepang.
Pada Konvensi Gando 1909, Jepang menegaskan hak teritorial Qing atas Gando setelah kementerian luar negeri Tiongkok mengeluarkan pernyataan sanggahan 13 poin mengenai kepemilikan sah. Namun, di luar kesepakatan tersebut, orang Korea di Gando terus berfungsi sebagai sumber gesekan antara pemerintah Cina dan Jepang. Sebab, Jepang menilai semua etnis Korea di wilayah tersebut sebagai warga negara Jepang yang tunduk pada yurisdiksi dan hukum Jepang serta menuntut hak mengawasi daerah.
Lalu, setelah pembebasan Korea pada 1945, banyak orang Korea percaya bahwa Gando harus diberikan kepada pemerintahan Korea. Sayangnya, kontrol militer Republik Sosialis Soviet di utara menghalangi klaim Korea atas wilayah tersebut. Kekacauan Perang Korea dan situasi geopolitik Perang Dingin menggagalkan kesempatan orang Korea menyoroti masalah Gando.
Pada 1962, Korea Utara menandatangani perjanjian perbatasan dengan Republik Rakyat Tiongkok yang menetapkan batas Korea di Yalu dan Tumen sehingga mengesampingkan klaim teritorial ke Gando.
Saat ini, tidak ada pemerintah yang mengklaim Gando sebagai wilayah Korea. Pada 2004, pemerintah Korea Selatan mengeluarkan pernyataan bahwa Konvensi Gando batal demi hukum. Beberapa aktivis Korea Selatan pun percaya bahwa Korea secara aktif mencari kemunduran memiliki Gando. Situasi politik saat ini membuat kemungkinan tidak menentu terkait Gando yang dijadikan latar tempat Song of the Bandits.