Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Joko Anwar Angkat Urgensi Antikekerasan Lewat Film Pengepungan di Bukit Duri

Lewat film Pengepungan di Bukit Duri, Joko Anwar menyuguhkan urgensi sosial yaitu kedekatan masyarakat Indonesia dengan kekerasan.

23 Oktober 2024 | 19.08 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sutradara peraih Piala Citra, Joko Anwar mengumumkan film aksi-thriller terbarunya, Pengepungan di Bukit Duri atau The Siege at Thorn High. Film garapan ke-11 itu dijadwalkan rilis pada 2025. Menariknya, karya Joko kali ini merupakan kolaborasi perdananya dengan Amazon MGM Studios, perusahaan asal Hollywood.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kata Joko Anwar Urgensi terhadap Isu Antikekerasan 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sineas yang dikenal vokal terhadap isu politik itu lalu membeberkan alasan memilih Pengepungan di Bukit Duri sebagai proyek terbarunya, yakni karena adanya urgensi isu sosial yang relevan di masyarakat saat ini. “Ini adalah film yang memiliki isu dan tema yang sangat urgent sekali sekarang,” ungkapnya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada Senin, 21 Oktober 2024.

Melalui film ini, sutradara kelahiran 1976 itu ingin menyampaikan pesan penting tentang perlunya refleksi terhadap kekerasan yang sudah terlalu melekat di kehidupan sehari-hari. “Ada satu masalah yang sangat besar di Indonesia, yaitu kedekatan masyarakat kita dengan kekerasan,” kata dia.

Skenario Tertua yang Ditulis Joko Anwar

Joko menunggu selama 17 tahun untuk bisa mewujudkan Pengepungan di Bukit Duri, skenario film itu sudah ia garap sejak 2007. "Setelah menimbang-nimbang dan menajamkan skenarionya, saya merasa baru saat ini cukup dewasa untuk membuat film ini," tuturnya. 

Sutradara film horor Pengabdi Setan itu juga merinci, skenario matang dan sudut pandang yang lebih dewasa akan membawa Pengepungan di Bukit Duri menjadi karya yang mampu berbicara lebih kompleks kepada penontonnya. Film ini juga menjadi titik awal bagi Joko setelah sekian lama berkarya dalam film-film yang lebih menawarkan hiburan dan eskapisme. "Alangkah baiknya kalau film saya yang kesebelas ini membawa tema penting dan relevan bagi masyarakat Indonesia," ujarnya.

Proses Panjang dalam Mencari Pemain

Pengepungan di Bukit Duri juga dibangun melalui proses pemilihan pemain yang sangat teliti. Joko mengaku, proses casting untuk film ini adalah yang paling sulit selama kariernya. "Karakter-karakter dalam film ini sangat berlayer, bukan hanya satu dimensi. Butuh berbulan-bulan untuk mencari para pemain yang tepat," kata Joko.

Film ini juga menjadi kolaborasi pertamanya dengan Morgan Oey yang memerankan Edwin, seorang guru pengganti di SMA Duri. Selain Morgan, film ini dibintangi sejumlah aktor muda berbakat seperti Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Farandika, Raihan Khan, Sheila Kusnadi, Millo Taslim, dan Bima Azriel. 

Pengepungan di Bukit Duri mengambil latar waktu di 2027, saat Indonesia digambarkan tengah mengalami gejolak sosial yang dipicu oleh diskriminasi dan kebencian rasial. Ceritanya berpusat pada Edwin, seorang guru di SMA Duri, yang mendapati dirinya terjebak dalam situasi sekolah yang berubah menjadi medan pertarungan antara hidup dan mati.

Adinda Jasmine

Adinda Jasmine

Bergabung dengan Tempo sejak 2023. Lulusan jurusan Hubungan Internasional President University ini juga aktif membangun NGO untuk mendorong pendidikan anak di Manokwari, Papua Barat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus