Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Kisah Eduard Douwes Dekker Alias Multatuli, Menulis Max Havelaar di Lebak?

Eduard Douwes Dekker lahir di Amsterdam, Belanda pada 2 Maret 1820. Ia menggunakan nama alias Multatuli dan menulis buku Max Havelaar sebagai kritik.

2 Maret 2022 | 19.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Max Havelaar karya Douwes Dekker

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Eduard Douwes Dekker lahir di Amsterdam, Belanda pada 2 Maret 1820. Eduard Douwes Dekker atau Multatuli, sejak masa kecilnya mengenyam bangku pendidikan di sekolah Latin. Ia adalah murid yang pandai dan rajin, namun semakin lama prestasinya merosot. Akhirnya, ayahnya yang seorang kapten kapal dengan penghasilan cukup mengeluarkannya dari sekolah dan memindahkan Eduard di sebuah kantor dagang.

Penempatannya di sebuah kantor dagang membuatnya merasa jauh dari pergaulan. Ia bertahan selama empat tahun, kemudian pada 1838, Eduard memutuskan untuk pergi ke Pulau Jawa, Hindia Belanda (Indonesia). Tidak lama kemudian, berkat relasi-relasi dari ayahnya, ia mempunyai pekerjaan sebagai pegawai negeri atau ambtenaar di kantor pengawasan keuangan Batavia.

Selanjutnya, tiga tahun kemudian ia melamar pekerjaan sebagai ambtenaar pamong praja di Sumatera Barat. Gubernur Jenderal Andreas Victor Michiels mengirimnya ke Kota Natal, Sumatera Utara yang daerahnya masih terpencil sebagai seorang kontrolir. Hingga pada akhirnya, lantaran sikapnya yang sering mengabaikan perintah atasannya, Eduard diberhentikan dari posisinya. Kemudian ia tinggal di Padang tanpa penghasilan, lalu pada September 1844 ia pulang ke Batavia.

Sambil menunggu penempatan tugas di Batavia, ia menjalin hubungan asmara dengan gadis keturunan bangsawan yang jatuh miskin. Gadis itu bernama Everdine van Wijnbergen, yang sama-sama berasal dari Belanda sepertinya. Akhirnya, keduanya menikah pada April 1846 saat Eduard menjabat sebagai ambtenaar sementara di kantor asisten residen Purwakarta.

Tidak hanya Purwakarta, Eduard juga menjalankan pekerjaan di beberapa daerah seperti Manado, Bogor, dan Ambon. Namun, pekerjaannya sebagai seorang asisten residen di Lebak, Banten pada Januari 1856 memiliki memori yang terkenang.

Belum genap satu bulan Eduard ditugaskan di Lebak, ia menulis surat untuk atasannya, residen C.P. Brest van Kempen dengan penuh emosi mengenai adanya kejadian di wilayahnya. Ia meminta supaya bupati beserta putra-putranya ditahan dan situasi yang tidak beres segera diselidiki. Hal itu dilakukannya lantaran kerja rodi yang diterapkan pada rakyat Lebak telah melampaui batas, bahkan cenderung kea rah pemerasan.

Namun sayang, perjuangannya untuk membela rakyat Lebak bertentangan dengan pemerintah kolonial. Ia bahkan menerima peringatan keras. Kecewa dengan apa yang didapatnya, akhirnya Eduard mengundurkan diri dari jabatan.

Pengalamannya bekerja selama di Lebak ditulisnya ke dalam sebuah buku berjudul Max Havelaar. Buku itu ditulisnya di sebuah kamar hotel di Brusel, Belgia dan merupakan hasil pengumpulan berbagai salinan surat-surat ketika dirinya menjabat sebagai asisten residen di Lebak. Buku itu diterbitkan pada 1860 dalam versi yang sudah diedit oleh penerbit.

Begitupun dengan nama Multatuli, merupakan nama samaran yang dipakainya sebagai nama penulis buku Max Havelaar. Nama ini berasal dari bahasa latin yang artinya “Aku sudah banyak menderita”. Eduard juga menerbitkan buku-buku lain yang menguraikan pendapatnya mengenai politik, etika, dan filsafat. Ia terkenal sebagai tokoh pengarang yang satir.

RISMA DAMAYANTI 

Baca: Menjajal Jelajah Museum Multatuli Secara Virtual

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus