Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tunnel merupakan serial drama Korea dengan genre kriminal yang tayang pada 2017. Serial ini diadaptasi di Indonesia dengan judul yang sama oleh layanan streaming milik GoJek, GoPlay, pada 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiga tahun berselang, serial tersebut kini ditayangkan di aplikasi streaming Netflix sejak 3 November 2022. “Diadaptasi dari serial Korea, TUNNEL versi Indonesia udah bisa ditonton di Netflix,” tulis Netflix Indonesia pada akun Twitter @NetflixID.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebab, Tunnel versi Indonesia merupakan remake atau adaptasi dari Tunnel versi Korea, keduanya memiliki premis cerita yang sama, yaitu detektif kriminal pada 1990-an yang mengejar pembunuh berantai hingga melewati sebuah terowongan.
Ketika melewati terowongan tersebut, detektif tersebut tiba-tiba berpindah ke masa depan, tepatnya 30 tahun setelah peristiwa pembunuhan berantai pertama. Meskipun premis utama ini sama, Tunnel versi Indonesia memiliki sejumlah detail perbedaan dibandingkan versi Korea.
Baca: Selain My Sassy Girl, Ini 5 Film dan Drakor Dibuat Ulang Versi Indonesia
Perbedaan Tunnel Versi Indonesia dan Korea
Pemeran dan Karakter
Perbedaan eksplisit dari kedua serial drama ini terletak pada para pemainnya. Di versi Korea, tokoh utama atau detektif diperankan oleh aktor Choi Jin Hyuk dengan karakter bernama Park Gwang-Ho.
Sedangkan, di versi Indonesia, detektif diperankan oleh Donny Alamsyah dengan karakter bernama Tigor. Adapun rekan dari detektif tersebut adalah Jeon Sung-Sik oleh aktor Jo Hee-Bong di versi Korea dan Ario oleh aktor Verdi Solaiman di versi Indonesia.
Beberapa pemeran dan karakter penting di serial Tunnel versi Korea adalah Yoon Hyun-Min sebagai detektif masa depan bersifat dingin bernama Kim Seo-Jae dan Lee Yoo-Young sebagai konsultan psikologi kriminal bernama Shin Jae-Yi.
Di versi Indonesia, Kedua karakter tersebut diperankan oleh Andri Mashadi dengan karakter bernama Tito dan Hana Malasan dengan karakter bernama Sita.
Latar Belakang Pembunuh
Dihimpun dari sejumlah ulasan di internet, perbedaan berikutnya terletak pada latar belakang, alasan, atau modus operandi dari pembunuh berantai.
Pada Tunnel versi Korea, latar belakang pembunuh merujuk pada kasus asli di Korea bernama Kasus Hwasong. Kasus ini terjadi pada 1986 - 1991 dengan korban keseluruhan adalah perempuan berusia 13 - 71 tahun.
Pada versi Korea, pembunuh melakukan aksinya dengan cara memperkosa dan mencekik korban dengan baran-barang milik korban, seperti baju, kaos kaki, ataupun stocking, kaus kaki tipis berukuran panjang.
Sementara itu, pada versi Indonesia, pembunuhan dilakukan dengan latar belakang mistis, seperti demi pesugihan, klenik, ataupun permintaan dukun.
Walaupun detail cara dan alasan pembunuhan pada kedua serial tersebut berbeda, keduanya berbagi kesamaan, yaitu pelaku pembunuhan memberikan tanda titik pada tumit korban sebagai penanda jumlah korban yang telah dibunuh.
Aspek-Aspek Lokal
Salah satu keunggulan dalam serial drama Tunnel adalah pengubahan-pengubahan detail yang disesuaikan dengan aspek lokal di masing-masing negara.
Misalnya, kegiatan minum-minum soju oleh beberapa detektif pada versi Korea diubah dengan kegiatan makan mi instan, teh manis, dan lumpia pada versi Indonesia.
Aspek lokal lainnya juga tertangkap dari pemilihan latar tempat serial drama Tunnel. Pada versi Korea, kejadian berlatar di kota kecil bernama Hwayang yang memiliki kesan kuno, tetapi tetap modern. Pada versi Indonesia, kota ini dialihkan ke Yogyakarta yang tidak jauh berbeda.
Terakhir, baik serial drama Tunnel versi Korea Selatan dan Indonesia memiliki jumlah sebanyak 16 episode. Namun, pada versi drakor, satu episode berdurasi sekitar 1 jam, sedangkan di Indonesia hanya 30 menit.
ACHMAD HANIF IMADUDDIN
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.