Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Mahasiswa Asing FIB Unpad Pentaskan Teater Sunda Legenda Situ Patenggang

Sejumlah mahasiswa asing yang tergabung dalam Program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing FIB Unpad pentaskan teater Sunda legenda Situ Patenggang.

17 Desember 2024 | 06.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Para mahasiswa asing dalam pentas teater legenda Situ Patenggang yang digelar di Aula PSBJ FIB Unpad, Jatinangor, Jawa Barat pada Senin, 16 Desember 2024. TEMPO/Hatta Muarabagja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah mahasiswa asing yang tergabung dalam Program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran atau FIB Unpad mempelajari budaya lokal di Indonesia melalui seni pertunjukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kali ini cerita datang dari sekelompok mahasiswa asing yang yang mementaskan drama mengadaptasi kisah legenda asal tanah Sunda. Para mahasiswa itu terlibat dalam pentas teater tentang legenda Situ Patenggang yang digelar pada Senin, 16 Desember 2024. Mahasiswa yang terlibat berasal dari berbagai negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Pakistan, Zimbabwe, hingga Mesir. Mahasiswa asing tersebut, mementaskan drama yang mengadaptasi kisah legenda asal tanah Sunda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Situ Patenggang merupakan sebuah danau yang terletak di Rancabali, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Legenda yang beredar di masyarakat menyebut asal muasal Situ Patenggang berkaitan dengan kisah cinta putra dari Prabu Siliwangi, yakni Raden Kian Santang dan Dewi Rengganis. Kian Santang yang mendapatkan amanat untuk menghalau aksi pemberontakan yang mengancam Kerajaan Siliwangi harus berpisah dari Dewi Rengganis selama berbulan-bulan.

“Para mahasiswa itu sebelumnya memang mengikuti mata kuliah namanya kajian drama indonesia. Nah untuk tugas akhir kali ini, kami dosen meminta mereka main drama teater dan mereka antusias karena ini pertama kalinya mereka mementaskan drama teater, pakai bahasa Indonesia pula,” ujar koordinator pentas, Lina Meilinawati kepada Tempo.co di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) FIB Unpad.

Pentas ini diawali penampilan tari merak khas Bandung sebagai pembuka. Setelah itu, dengan berbalut kostum bertemakan masa kerajaan Pajajaran, para mahasiswa asing mulai unjuk kebolehannya dalam berperan. Aksi mereka melontarkan dialog berbahasa Indonesia dengan aksen khas asal negara masing-masing menjadi hiburan tersendiri bagi para penonton. Drama teater ini juga diiringi sejumlah lagu populer yang dinyanyikan langsung para mahasiswa asing seperti Kita Bikin Romantis dari Maliq n Dsesential, Pergi untuk Kembali dari Ello, hingga Kucari Kamu oleh Payung Teduh.

Pementasan ini jadi tantangan tersendiri bagi para mahasiswa asing. Selain karena tergolong pemula dalam mempelajari bahasa Indonesia, rentang waktu persiapan pun terbilang singkat, yakni satu bulan, Lina menyebut proses menghafal naskah jadi kendala yang paling sering ditemui.

“Apalagi kan pentas teater ini memang baru tahun ini kami lakukan untuk mahasiswa asing. Syukurnya mendekati gladi bersih, mereka akhirnya hafal,” ujar Lina yang menjabat sebagai Wakil FIB Dekan Bidang Pembelajaran, Kemahasiswaan, dan Riset.

Selain menghafal, kendala lain yang dialami para mahasiswa adalah menyinkronkan kata yang ada pikiran dengan ucapan. Hal ini diungkapkan Li Sijie, mahasiswa BIPA asal Tiongkok. Dia menyebut dirinya kerap terbawa dengan bahasa negara asalnya sehingga kata-kata bahasa Indonesia yang diucap beberapa kali keliru.

“Dalam latihan, saya juga kesulitan menyebut nama-nama. Contohnya Nyimas Rara Santang, seringnya malah menyebut Raimas atau Yaimas. Terus ada Nyai Subang Larang, beberapa kali yang terucap malah Surang Parang,” kata Li yang memerankan Prabu Siliwangi dalam pentas teater itu.

Li menyebut dirinya setuju jika aksi teater seperti ini jadi gelaran rutin bagi mahasiswa asing di masa mendatang. Pertunjukan seperti drama teater ini, menurut Li, bisa menjadi wadah yang bagus untuk mendalami dan menikmati budaya Indonesia. Selain itu, hal semacam ini juga baginya jadi medium yang bagus untuk mempererat tali pertemanan dengan mahasiswa dari berbagai negara yang sama-sama tengah menempuh studi di Indonesia.

“Jadi yang didapat ketika belajar di sini tidak hanya sekadar pengetahuan seputar bahasa dan budaya Indonesia, tetapi juga pengalaman gotong-royong dalam menjalani sebuah project bersama teman-teman yang lain,” katanya.

Melihat pementasan perdana ini berjalan sukses, Lina berharap pentas teater ini diberlakukan bagi mahasiswa asing ke depannya, setidaknya setahun sekali. Dia juga tidak menutup kemungkinan untuk eksplorasi lebih lanjut, seperti misalnya membuat film pendek.

“Apalagi kan dari rektor mencanangkan pembuatan film pendek yang bertema kesundaan. Itu rencana yang dalam waktu dekat akan dilakukan dan dari beliau juga ada keinginan untuk melibatkan para mahasiswa asing,” kata Lina.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus