Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada akun X (Twitter) pribadi, Kiky Saputri mengeluh kesulitannya melakukan roasting terhadap tokoh politik, Ganjar Pranowo. Sebab, ia harus melakukan observasi sungguh-sungguh. Bahkan, ia sampai begadang dua hari untuk menyiapkan bahan roasting.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, hasil roasting dengan Ganjar Pranowo dianggapnya dipotong sesuka hati. Meskipun semula berharap agar roasting tidak akan dipotong, tetapi harapannya pupus. Pada akhirnya, ia menyaksikan durasi roasting Ganjar sangat pendek dan kecewa terhadap hal itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kiky memang dikenal sebagai komika yang suka melakukan roasting terhadap sesama pelawak, artis, ataupun petinggi politik. Bahkan, istilah roasting sudah melekat dalam diri Kiky setiap kali berkomedi.
Berdasarkan dictionary.cambridge, roasting adalah tindakan mengkritik seseorang dengan cara marah. Roasting juga dapat diartikan sebagai kesempatan ketika seseorang dengan lucu mengkritik dan membuat lelucon tentang orang terkenal di acara publik yang menghormati orang itu. Roasting merupakan bentuk komedi yang melibatkan ejekan, tetapi bertujuan untuk menghargai orang lain dengan cara unik.
Dikutip dari BBC, roasting adalah tradisi komedi Amerika Serikat yang sudah ada sejak 1950-an. Salah satu acara komedi roasting yang paling terkenal adalah Comedy Central Roast pada 2003. Acara ini pernah mengundang tokoh-tokoh besar, seperti Pamela Anderson, Justin Bieber, dan Presiden Donald Trump.
Saat roasting, secara khusus, pelawak atau komika memiliki keharusan mencari tahu latar belakang, kegiatan, atau hal-hal aneh dan lucu dari orang lain yang dituju. Pada dasarnya, roasting menjadi usaha atau cara untuk memanas-manasi orang lain. Namun, roasting memiliki unsur materi dalam batas komedi atau lelucon belaka. Roasting dalam stand up comedy berhubungan dengan kritik terhadap fenomena sosial dari tokoh tertentu yang menjadi sasaran.
Saat ini, bahan lelucon dalam roasting menjadi sarana kritik sosial. Sebab, roasting tidak hanya menjadi sarana hiburan untuk melepaskan beban psikis melalui komedi. Namun, roasting juga menjadi wadah melakukan kritik sosial dari pengawasan masyarakat yang peduli terhadap peristiwa dan keadaan sekitar. Roasting selalu menjadikan fenomena, isu, atau peristiwa sosial yang menarik untuk dijadikan bahan dalam membuat komedi.
Roasting tidak dapat dilakukan sembarangan karena harus memenuhi salah satu faktor penting, yaitu persetujuan. Orang-orang yang akan dituju untuk di-roasting harus mengetahui dan menyetujuinya. Akibatnya, tidak semua orang dapat melakukan roasting dengan sesuka hati, terutama jika memublikasikan kejelekan orang tersebut di media sosial. Biasanya, produser acara komedi dan target yang akan di-roasting akan melakukan kesepakatan di belakang layar. Kesepakatan tersebut berupa hal-hal atau bahan apa saja yang dapat dijadikan humor dan dipublikasikan ke publik melalui media massa atau media sosial.
Selain ejekan atau memanasi orang lain, roasting juga melibatkan pujian dan penghormatan yang tulus terhadap orang tersebut. Dengan demikian, orang yang dituju dalam roasting dapat menerima lelucon dengan humor baik, bukan sekadar kritik atau hinaan serius.
RACHEL FARAHDIBA R | KAKAK INDRA PURNAMA | ISTIQOMATUL HAYATI I WINDA OKTAVIA
Pilihan Editor: Roasting dalam Komedi Bukan Bullying, Apoa Bedanya?