Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
JAKARTA tak menentu, Sabtu malam itu. Hujan turun sebercak-sebercak, gerimis di sini, lebat di sana. Dari telepon seluler ke telepon seluler bersimpang-siur pesan kisruh: "Pramoedya Ananta Toer berpulang…. Maaf, Pram masih segar-bugar…. Kritis, memang, bernapas pakai oksigen, tapi malah minta rokok…." Akhirnya, pada…….., Pramoedya, "pujangga" itu, berangkat menghadap Khaliknya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo