Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Jiwa Daun Gugur
Pasir Pantai
Kala Lail
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jiwa Daun Gugur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepada jiwa daun gugur dan kepasrahannya:
kembalilah padaku dengan cara yang paling buta
kesunyian ini telah menulis syair untuk dirinya sendiri
lalu membakarnya tepat sebelum tubuh manismu
datang membawa buket bunga.
Jauh sebelum itu …
angin jatuh tersungkur dipenuhi oleh mendung
secara diam-diam bungamu berhembus
seperti sekelompok merpati di atas
sebongkah bumi yang diaduk oleh semesta
dan lubang hitam di kedua matamu
berkabar: akhir dari sepatah kata
adalah sepasang jemari
utara akan merebut barat
dan lautan lepas tidak tinggal diam
melalui perjalanan ini
−tanpa tangisan hujan
ruang kayu mengetuk dirinya sendiri
ia datang seperti pakaian yang jatuh terbuka
melalui sungai-sungai yang surut.
Jiwaku tenggelam
dalam riuh lengan penggali makam.
Pasir Pantai
Seperti ada yang muncul saat kaca-kaca asin
menghantam terumbu karang. Menghantam
keberanian sampan yang lambungnya penuh
kerang-kerang numpang nyeberang
ke seberang; ke tengah-tengah; ke kedalaman;
ke jaring-jaring dan kuah dapur restoran.
Tapi anak kecil yang legam kulitnya itu
sibuk di bawah pohon stigi. Semacam ada keramaian.
Ia memasukkan kedua kaki dan kedua tangannya
bersamaan dan dalam-dalam.
Ada kerajaan besar dalam setangkup pasir pantai.
Ia mengetuk pintu.
Kala Lail lahir pada 1996. Ia mendirikan dan bergiat di Komunitas Lintasastra Salatiga. Tinggal di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo