Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sutradara Yandy Laurens memberi kejutan dengan menghadirkan film hitam-putih lewat Jatuh Cinta Seperti di Film-film.
Selain mengusung konsep monokromatik, konsep ceritanya unik, yaitu film dalam film.
Jatuh Cinta Seperti di Film-film dibintangi Nirina Zubir, Ringgo Agus Rahman, dkk, serta tayang di bioskop mulai Kamis, 30 November 2023.
JAKARTA – Layar bioskop XXI Blok M Plaza, Jakarta Selatan, tiba-tiba berubah menjadi hitam-putih setelah film Jatuh Cinta seperti di Film-film berjalan satu menit. Ada kendala teknis? Jawabannya, tidak. Film garapan Yandy Laurens itu sengaja diputar dalam konsep monokrom ala sinema era 1940-an. Film hitam-putih ini sekaligus menjadi reuni antara Yandy, Ringgo Agus Rahman, dan Nirina Zubir setelah Keluarga Cemara pada 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jatuh Cinta seperti di Film-film mengisahkan romansa Bagus (Ringgo Agus Rahman), penulis skenario film yang ingin membuat karya orisinalnya. Dia tak sengaja bertemu dengan teman lama, Hana (Nirina Zubir). Bagus kemudian menuliskan kisahnya dalam skenario filmnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jatuh Cinta seperti di Film-film. Dok. Imajinari
“Unik banget. Belum pernah nonton film kayak gini. Memakai konsep monokrom, lalu menceritakan film di dalam film,” ujar Muhammad Fauzi Abdul Rachman, 34 tahun, penonton di XXI Blok M Plaza, pada hari peluncuran film itu, Kamis, 30 November 2023.
Fauzi memberi nilai 8 dari 10 untuk film cinta tersebut. Meski bergenre romantis, penonton bolak-balik dibuat tertawa. Sutradara Yandi menempatkan lelucon dengan porsi pas, lewat obrolan. Dari durasi hampir dua jam, hanya sekitar 20 persen, di awal dan akhir, yang berwarna.
Andibachtiar Yusuf, sutradara dan penulis film, mengatakan konsep monokrom bisa menjadi pilihan untuk membuat adegan terasa lebih romantis dan memberi penekanan pada suatu cerita. Sutradara Yandy mengangkat konsep hitam-putih untuk menggambarkan perasaan kehilangan orang penting dalam hidupnya, seperti yang dialami Hana yang dikisahkan baru ditinggal mati suaminya.
Materi cerita dalam Jatuh Cinta seperti di Film-film, kata Yusuf, bukan hal baru. Namun film ini diberi sentuhan emosi yang berbeda oleh Yandy. Misalnya, Yusuf melanjutkan, dengan menahan kamera di satu titik—dikenal dengan shoot panjang—yang menjadi salah satu ciri film Yandy.
Jatuh Cinta seperti di Film-film. Dok. Imajinari
Yandy, 34 tahun, memboyong sejumlah penghargaan. Di antaranya Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 2012 untuk kategori film pendek terbaik dan Piala Citra 2019 untuk skenario adaptasi terbaik di Keluarga Cemara.
Getar Jagatraya, 39 tahun, bela-belain pulang cepat dari kantornya demi menonton Jatuh Cinta seperti di Film-film pada hari perdana penayangan. Sebab, dia tidak mau mendapat spoiler dari media sosial. “Saya suka film karya Yandy,” ujar Getar. Sebagai penulis skenario film, dia mengaku banyak tersambung dengan peran Bagus dalam film tersebut.
Jatuh Cinta seperti di Film-film. Dok. Imajinari
Konflik Jatuh Cinta seperti di Film-film muncul saat Bagus menjadikan film barunya itu sebagai persembahan tanda cintanya untuk Hana. Hana marah karena merasa privasinya dilanggar. Haria Sekar Giwangkara, 40 tahun, penonton, mengatakan film ini juga membuatnya tersadar bahwa penting untuk melihat sisi personal dari sebuah pekerjaan, bukan semata ekonomi. “Saya sebagai produser relate banget dengan film ini. Jadi seperti bisa menebak habis ini adegannya apa,” ujarnya.
Meski sangat nyambung dan bisa menebak arah cerita, Haria tetap dikejutkan oleh adegan aksi dalam film komedi romantis tersebut. Adegan favoritnya adalah saat Bagus dan dua temannya hendak menyusul Hana dengan mengendarai sepeda motor bergerobak. Adegan dinamis tersebut direkam dari beberapa angle. Ada yang dari ketinggian, ada yang sejajar kendaraan. "Seru," kata Haria.
Jatuh Cinta seperti di Film-film
JIHAN RISTIYANTI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo