Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Review Film Smile 2: Horor Psikologis Keji dalam Balutan Dunia Gelap Popstar

Smile 2 yang merupakan sekuel film berjudul sama kembali menyuguhkan teror keji dan horor psikologis seperti film pertamanya.

18 Oktober 2024 | 07.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Poster film Smile 2. Foto: Paramount International.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Smile 2 garapan sutradara Parker Finn, kembali menghadirkan horor dengan premis psikologis seperti film pertamanya. Kali ini, cerita berpusat pada Skye Riley, seorang bintang pop yang diperankan oleh Naomi Scott. Ia sedang berjuang melawan kecanduan narkoba dan trauma usai kecelakaan mobil yang hampir merenggut nyawanya.

Naomi Scott Berhasil Perankan Tokoh dengan Gangguan Psikologis

Penampilan Naomi Scott sebagai Skye begitu memukau, menyuguhkan sisi emosional dan gangguan psikologis yang rapuh sekaligus mencekam. Luka vertikal di tubuhnya adalah pengingat tentang kecelakaannya, di setiap adegan, penonton melihat bagaimana rasa sakit itu menghantui Skye—baik di atas panggung maupun di balik layar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Satu adegan yang menggambarkan ketegangan film ini adalah saat Skye menghadiri sesi tanda tangan dengan penggemarnya. Ia harus berhadapan dengan berbagai tipe fans, dari fans rasional hingga yang terobsesi. Di sinilah Smile 2 juga menangkap sisi kelam ketenaran sebagai sebuah satire yang menyentuh realitas di balik layar para selebriti.

Review Film: Teror Psikologis dan Kelemahan Pengembangan Karakter di Smile 2

Meskipun film ini masih bertumpu pada teror psikologis seperti pendahulunya, Smile 2 kurang bisa memperdalam sisi emosional sang tokoh utama. Skye lebih digambarkan sebagai bintang pop dengan segala hiruk pikuk seputar ketenarannya tanpa benar-benar memberikan ruang pada eksplorasi psikologis yang lebih dalam. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hubungan keluarga dan kejayaannya sebagai bintang pop hanya digarap secara dangkal, sehingga sulit bagi penonton untuk benar-benar mengerti apakah Skye selamat atau tidak dari teror batin yang menghantuinya. Kelemahan lainnya yakni ketidakpastian yang berlarut-larut antara kenyataan danhalusinasi. Poin ini justru menjadi titik lemah yang membuat film terasa cukup jauh dari kesan horor.

Visualisasi Thriller dan Kengerian Senyuman

Satu hal yang tak bisa dipungkiri adalah kekuatan visual dari film ini. Adegan pembunuhan di Smile 2 penuh dengan efek yang memukau dan sukses membuat bergidik. meskipun kebanyakan dari kekerasan brutal ini hadir di awal dan akhir film. 

Desain produksi dan kostum dalam Smile 2 juga sangat diperhatikan, menciptakan dunia pop star yang mewah dan penuh simbolisme dan bukan sekadar estetika. Parker Finn membuktikan diri sebagai sutradara dengan gaya visual yang memikat, terutama dalam adegan Skye melihat penari dari pertunjukannya tiba-tiba muncul di apartemen, dengan senyum mengerikan. 

Penonton disuguhi spektrum kekejian yang lebih luas dan narasi yang semakin berbelit dalam durasi yang lebih dari dua jam. Bagi para penggemar horor, sekuel ini mungkin akan tetap memberikan senyuman menyeramkan yang akan teringat, bahkan setelah film selesai. Smile 2 sudah bisa ditonton di bioskop Tanah Air sejak Rabu, 16 Oktober 2024.

Adinda Jasmine

Adinda Jasmine

Bergabung dengan Tempo sejak 2023. Lulusan jurusan Hubungan Internasional President University ini juga aktif membangun NGO untuk mendorong pendidikan anak di Manokwari, Papua Barat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus