Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Review Film Tanduk Setan: Antologi Cerita dan Pesan tentang Klenik

Film Tanduk Setan menggabungkan dua cerita antara kehidupan dan kematian ini di dalamnya terdapat selipan pesan yang bisa diresapi selama berpuasa.

8 Maret 2024 | 22.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Poster film Tanduk Setan. Foto: Instagram.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Film horor Indonesia terus memproduksi cerita-cerita menarik tentang budaya dan klenik-klenik yang perlu diangkat ke masyarakat. Menjelang Ramadan, berbagai film muncul untuk menemani penonton mengisi waktu menunggu berbuka puasa. Salah satunya film Tanduk Setan, garapan dua sutradara muda Amriy R. Suwardi dan Bobby Prasetyo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film antologi yang menggabungkan dua cerita antara kehidupan dan kematian ini di dalamnya terdapat selipan pesan yang bisa diresapi selama menunaikan ibadah puasa. Tanduk Setan dijadwalkan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada 14 Maret 2024. Film ini digarap oleh tiga rumah produksi, yakni Forka Film, Asa Film, dan Starvision Plus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film Tanduk Setan ini bisa direpresentatifkan merujuk pada Hadits Bukhari dan Muslim yang berbunyi: "Janganlah mengerjakan salat kalian ketika matahari terbit dan matahari tenggelam karena ketika itu terbit dua tanduk setan”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Ada banyak pesan yang disampaikan dari film Tanduk Setan ini. Sebenarnya film ini mengingatkan manusia akan dosa yang pernah dilakukan semasa hidup, namun berfokus pada cerita tentang kelahiran dan kematian manusia.

Sinopsis Film Tanduk Setan

Cerita utama film ini memaparkan kisah kelahiran dan kematian seorang anak yang, tanpa sepengetahuan keluarganya, telah ditandai oleh iblis untuk diambil. Selama perjalanan menuju kelahiran dan kematian, kehadiran iblis selalu mengawasi keluarga tersebut. Konsep ini menjanjikan kombinasi elemen horor dan misteri yang dapat membangkitkan ketegangan di antara penonton.

Penggunaan elemen supernatural, khususnya kehadiran iblis yang mengawasi keluarga, diharapkan dapat memberikan sentuhan kegelapan dan ketidakpastian pada alur cerita. Waktu Tanduk Setan, yakni saat matahari terbit dan tenggelam juga menggambarkan keadaan. Film Tanduk Setan dibintangi Boy Muhammad, Nur Mayati, Taskya Namya, Rukman Rosadi, Diah Permatasari, Baby Jovanca, Cindy Nirmala, Nazla Thoyib Amir dan Muhammad Banyu Bening.

Adegan dalam film Tanduk Setan. Foto: Instagram.

Review Film Tanduk Setan

Dua sutradara muda Amriy R. Suwardi dan Bobby Prasetyo berhasil menggabungkan dua cerita dengan alur yang sangat sulit ditebak. Film ini berhasil membuat plot twist hingga penonton tidak memiliki gambaran akan seperti apa alur selanjutnya.

Dengan cerita kelahiran di plot awal yang digarap oleh Amriy R Suwardi ini membawa penonton masuk lebih dalam ke daerah Kabupaten Banten. Suasana daerah Banten sangat kuat sekali terutama pemakaian bahasa Jawa-Serang yang membuat film ini berbeda dengan film horor lainnya.

Selama menonton plot pertama ini, penonton akan disajikan dengan klenik, mitos, dan kritik sosial yang dimasukkan di dalamnya sehingga menjadi satu kesatuan. Seperti contohnya suara burung gagak saat pemeran utama yang diperankan oleh Nur Mayati hendak melahirkan. Suara itu dipercaya masyarakat pertanda buruk karena diyakini anak di dalam kadungannya sudah diincar oleh makhluk gaib. Adegan ini juga menambah deretan kritik sosial lantaran mengisahkan sulitnya mendapatkan akses kesehatan saat hendak melahirkan.

Adegan ini banyak sekali yang tak terduga, dan di luar ekspektasi penonton. Selama plot pertama berlangsung, penonton dibuat berpikir keras tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Hal ini mengajak penonton fokus dan masuk dalam alur ceritanya. Gerakan kamera yang banyak menggunakan detail-detail juga mempengaruhi penonton supaya tetap fokus.

Sayangnya, cerita pada plot pertama cukup membingungkan penonton. Tampilan setiap adegan terlalu redup dan perpindahannya tidak halus. Namun, secara keseluruhan cukup untuk menjadi gambaran di plot kedua.

Ditulis oleh Bobby Prasetyo, plot kedua menjadi semakin menarik. Pengambilan lakon pemain terlihat pas. Film yang diproduseri oleh Chand Parwez Servia dan Ifa Isfansyah sukses menyita perhatian penonton saat plot kedua menjadi klimaks dari cerita Tanduk Setan. Shoot kamera yang begitu halus, lakon pemain yang menjiwai peran masing-masing hingga pada bagian ini adegan-adegannya cukup menegangkan.

Plot kedua juga menggambarkan klenik yang cukup dikenal di masyarakat, yaitu pemasangan susuk. Praktik ini akan menjadikan pemakainya memiliki perlindungan supranatural, menarik lawan jenis atau penambah daya tarik dengan memasukkan suatu benda seperti jarum ke dalam tubuh pemakainya. Jenisnya beragam, mulai dari logam, berlian dan kuningan. Pemilik susuk akan dimintai perjanjian-perjanjian hingga pantangan yang tidak boleh dilakukan.

Adegan ini menjadi pokok dalam keseluruhan cerita Tanduk Setan. Terdapat pesan-pesan yang diberikan dalam film ini secara tertulis di tampilan layar. Sehingga film ini sukses membuat penonton bertepuk tangan saat film selesai ditayangkan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus