Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Samsara Karya Garin Nugroho Gabungkan Seni Tradisional Bali dan Musik Elektronik

Karya terbaru Garin Nugroho, Samsara adalah film bisu hitam putih yang dibintangi Ario Bayu dan penari keturunan Indonesia-Australia.

16 Maret 2024 | 13.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sutradara terkemuka Indonesia, Garin Nugroho akan kembali meluncurkan karya terbarunya yang berjudul Samsara. Esplanade Concert Hall di Singapura akan menjadi saksi pertunjukan perdana film yang menonjolkan elemen-elemen pada kebudayaan Bali ini pada 10 Mei 2024 mendatang. 

Setelah kesuksesannya menggarap Setan Jawa pada 2017, Samsara menjadi film kedua Garin yang memiliki format bisu dan disajikan dalam hitam putih pada catatan filmografinya. Dibintangi oleh aktor ternama Ario Bayu dan penari keturunan Indonesia-Australia, Juliet Widyasari Burnett, film ini menggabungkan kekayaan seni tradisional dengan inovasi kontemporer yang mencoba menantang batasan-batasan antara masa lalu dan masa kini.

Pertunjukan Samsara di Singapura mendatang akan dikemas dengan format cine-concert atau gabungan dari film dan konser musik. Tiket cine-concert dijual dengan kisaran harga 28-70 dolar Singapura atau setara Rp 350.000 - Rp 800.000 dan sudah bisa dibeli di situs resmi Esplanade.

Samsara Terinspirasi dari Film Klasik Jerman

Sutradara film Kucumbu Tubuh Indahku itu mengaku bahwa kecintaannya pada film klasik Jerman yang tayang di tahun 1920-an menjadi inspirasi utamanya dalam menciptakan Samsara. “Samsara terinspirasi dari kecintaan saya pada film klasik Jerman era 1920-an, Nesferatu (1922) dan Metropolis (1927), yang membawa saya kembali menggali tradisi lokal,” tutur Garin.

Poster film Samsara karya sutradara Garin Nugroho yang dibintangi Ario Bayu dan Juliet Widyasari Burnett. Dok. thePUBLICIST

Lebih lanjut, sutradara 62 tahun itu juga menceritakan proses kreatifnya dalam pembuatan film Samsara. Ia mengumpamakan dirinya sebagai pemimpin pelaksanaan upacara tradisi beragam profesi. Ia menekankan bahwa setiap bagian yang membentuk Samsara sama pentingnya, sehingga seluruh pihak harus mendalami aspek kebudayaan yang membentuk Samsara. 

“Membuat karya ini bagi saya seperti memimpin dan menjalankan upacara tradisi yang hidup di berbagai wilayah di Indonesia,” katanya. “Mencipta Samsara adalah berupacara dengan berbagai profesi, seperti juru rias, juru masak, juru panggung, penari, pemusik, ketua upacara, dan lain-lain. Setiap upacara merepresentasikan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat, sehingga dalam proses kreatif Samsara, setiap pemain harus mampu membawa dalam dirinya situasi sosial budaya dalam penciptaan Samsara.

Tentang Film Samsara

Mengambil latar di Bali pada tahun 30-an, Samsara mengisahkan cinta terhalang restu yang dialami seorang pria dari keluarga miskin yang mencintai perempuan dengan orang tua yang kaya raya. Di dalam keputusasaan, dia memilih untuk melakukan perjanjian gaib dengan Raja Monyet dan terlibat dalam ritual gelap untuk memperoleh kekayaan. Namun, seperti kisah-kisah kelam lainnya, upaya ini membawa kutukan yang mengerikan bagi istri dan anaknya, menyebabkan penderitaan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Berdasarkan informasi yang didapatkan, film produksi Garin Workshop, Cineria Film, dan Lynx Film ini merupakan hasil kolaborasi dengan Esplanade-Theatres on the Bay Singapura bekerja sama dengan Silurbarong.co. Kekayaan elemen kebudayaan khas Bali yang akan ditampilkan, seperti orkestra gamelan yang akan dibawakan oleh Wayan Sudirana, seorang komposer musik dan etnomusikologi lulusan University of British Columbia, Kanada; tarian klasik tradisional; pertunjukan topeng dan wayang; dipadukan dengan musik elektronik digital yang akan dibawakan oleh grup musik Gabber Modus Operandi, membuat film ini mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

Seniman-seniman terkemuka dari Indonesia dan Bali, termasuk Gus Bang Sada, Siko Setyanto, Maestro tari I Ketut Arini, Cok Sawitri, Aryani Willems, dan para penari dari Komunitas Bumi Bajra, Bali, akan turut ambil bagian dalam produksi ini, memastikan bahwa Samsara bukan sekadar film, tetapi juga sebuah pengalaman budaya yang mendalam dan menyentuh. 

HANIN MARWAH NURKHOIRANI

Pilihan Editor: Sebab Garin Nugroho Angkat Tema Gender Film Kucumbu Tubuh Indahku

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus