Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Sha Ine Febriyanti Soroti Pentingnya Komunikasi Keluarga Lewat Film Mungkin Kita Perlu Waktu

Dalam film Mungkin Kita Perlu Waktu, Sha Ine Febriyanti memerankan Kasih, seorang ibu yang tenggelam dalam duka setelah kehilangan putrinya.

29 Maret 2025 | 17.34 WIB

Aktris Sha Ine Febriyanti ketika media visit film "Mungkin Kita Perlu Waktu" di kantor Tempo, Jakarta, 18 Maret 2025. Tempo/Fajar Januarta
Perbesar
Aktris Sha Ine Febriyanti ketika media visit film "Mungkin Kita Perlu Waktu" di kantor Tempo, Jakarta, 18 Maret 2025. Tempo/Fajar Januarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap keluarga mempunyai caranya sendiri dalam menghadapi masalah. Ada yang terbuka dan saling mendukung, ada pula yang memilih diam, atau membiarkan luka mengendap hingga tanpa sadar menjadi bom waktu. Inilah yang ingin disampaikan Sha Ine Febriyanti lewat film terbarunya, Mungkin Kita Perlu Waktu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pilihan Editor: Tissa Biani dan Tantangan Peran Pengidap Bipolar di Film Mungkin Kita Perlu Waktu

Sha Ine Febriyanti: Pentingnya Komunikasi Keluarga

Dalam kunjungannya ke Tempo pada Selasa, 18 Maret 2025, Sha Ine menyoroti pentingnya komunikasi dalam keluarga, yang juga menjadi nilai penting dalam film ini. “Di dalam satu rumah tangga kalau komunikasinya nggak sehat, itu pasti akan oleng,” ucapnya. Ia merinci, konflik dalam keluarga sering kali berasal dari persoalan yang tak terlihat di permukaan, tapi perlahan menggerogoti hubungan antar anggota keluarga.

“Nanti akhirnya menjadi bom waktu pada saatnya,” kata dia melanjutkan. Bagi aktris kelahiran 1976 itu, film karya sutradara Teddy Soeriaatmadja itu bukan sekadar tontonan, melainkan contoh bagaimana komunikasi yang buruk dapat berujung pada kehancuran hubungan dalam keluarga. “Ini bukan parenting yang secara verbal memberi tahu, tapi kami kasih contoh bahwa komunikasi itu penting. Mengenali bahwa kita yang bermasalah itu penting,” ujarnya.

Sosok Orang Tua Juga Korban

Dalam Mungkin Kita Perlu Waktu, Sha Ine berperan sebagai Kasih, seorang ibu yang harus menghadapi kehilangan putrinya, Sara. Karakter ini, bersama suaminya, Restu, digambarkan sebagai orang tua yang mempunyai perbedaan pandangan dalam menangani trauma anaknya, Ombak. Namun, bagi Sha Ine, mereka bukanlah orang tua yang gagal, melainkan juga korban dari keadaan.

“Mereka korban, sebenarnya. Mereka orang-orang yang merasa gagal untuk melampaui cobaan yang terjadi, melampaui sebuah kehilangan,” kata ibu dua anak itu. Ia merinci, film ini menunjukkan ketika setiap anggota keluarga memiliki persepsi yang berbeda dalam menghadapi duka, namun justru kerap berbenturan satu sama lain. “Tiga-tiganya hancur. Lama-lama ya sudah, nggak bisa diselamatkan. Yang hanya bisa menyelamatkan adalah kebesaran hati kita untuk menerima,” ungkapnya menambahkan.

Pendekatan Akting yang Berbeda

Bagi Sha Ine, perannya di Mungkin Kita Perlu Waktu memiliki tantangan tersendiri dibandingkan dengan film-film sebelumnya. Di bawah arahan Teddy Soeriaatmadja, ia merasa pendekatan yang digunakan cukup berbeda dari yang biasa ia alami.

“Yang menarik dari film ini, justru pengarahanku nggak sekeras film-film yang lama-lama. Teddy punya sistem yang menarik dalam nge-direct pemainnya, supaya pemainnya mengerahkan akting dengan tepat, efektif, nggak terlebih,” tuturnya. Ia juga mengungkapkan bahwa proses riset untuk peran ini tidak memakan waktu lama, karena Teddy sendiri yang menulis dan menyutradarai film tersebut. “Dia tahu betul apa yang dia mau. Dia memantik potensi yang ada di aku, yang diperlukan saja,” kata Sha Ine.

Mungkin Kita Perlu Waktu mengisahkan Ombak (Bima Azriel), remaja yang dihantui rasa bersalah atas kematian saudara perempuannya, Sara. Sementara itu, kedua orang tuanya, Restu (Lukman Sardi) dan Kasih (Sha Ine Febriyanti), juga bergulat dengan kehilangan yang sama, tetapi memilih cara berbeda untuk menghadapinya. Dalam pencariannya akan ketenangan, Ombak bertemu Aleiqa (Tissa Biani), seorang gadis pengidap bipolar yang justru membawa dinamika baru dalam hidupnya. Film ini telah tayang perdana di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024 dan dijadwalkan rilis di bioskop pada 15 Mei 2025.

Pilihan Editor: Wawancara Sha Ine Febriyanti: Stigma Kesehatan Mental dan Alasan ke Psikolog Bukan Hal Tabu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Adinda Jasmine

Bergabung dengan Tempo sejak 2023. Lulusan jurusan Hubungan Internasional President University ini juga aktif membangun NGO untuk mendorong pendidikan anak di Manokwari, Papua Barat

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus