Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mau tahu sosok bocah era 1970-1980 atau perbedaan sosok asisten rumah tangga zaman old dan now? atau mungkin melihat fenoma urban kekinian yang mengundang senyum. Goresan karya Muhammad Misrad alias Mice menawarkan hiburan segar yang mengundang senyum lebar untuk para pengunjung. Karya-karya karikatur Mice yang biasanya ditemui di buku-bukunya, sejak 21 Juli-4 Agustus 2018, masih bisa dilihat di Gedung D Galeri Nasional Indonesia dalam pameran berjudul Senyum Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Kartunis Bersama KPK Gelar Pameran 1.000 Karya Anti Korupsi
Pameran yang dikuratori oleh Evelyn Huang dan Yulian Ardhi ini menyuguhkan karya-karya pilihan Mice selama 20 tahun berkarir sebagai kartunis. Menurut mereka dalam pengantar kurasi, banyak orang memandang kartun sebatas film animasi untuk hiburan anak-anak. Dianggap netral dan tidak berbahaya. “Padahal kartun punya kekautan untuk menyampaikan pesan ideologis,” ujar Evelyn dalam pengantarnya.
Karya Mice yang ditampilkan dalam pameran ini, kata dia, memperlihatkan optimisme akan masa depan Indonesia yang terus menerus dibangun Mice melalui karyanya. Kartun yang menyindir, memuji, meledek, dan mengangkat perangai orang Indonesia dengan latar yang beragam. Menjadi representasi Indonesia yang multikultural yang bergerak seperti bandul, terus bergerak antara kemelut dan harapan, antara keputusasaan dan optimisme, antara keterpurukan dan kejayaan.
Mice diperkenalkan sebagai karakter kartun pertama kali pada 2003, seorang pria ibukota yang sederhana, dan mengajak kita bercermin pada kenorakan di dalam diri sendiri. Karakter ini menawarkan kesegaran di tengah gaya hidup urban yang hingar bingar melalui dialok culture shock bersama karakter Benny hingga 2010.Mice berperan sebagai pengarsip realitas dalam kartun keseharian urban yang memotret warga Jakarta.
Lihat saja dalam karya berjudul Ironi (2014) yang memperlihatkan karakter seorang perempuan yang tinggal di rumah papan sangat sederhana di sebuah gang kecil, berdandan cukup rapi menuju tempat kerjanya di bilangan kantoran gedung pencakar langit ibukota. Atau lihatlah ketika ia menyindir lamanya proyek MRT dengan tiang yang masih bermahkota batang-batang besi baja dengan sepasang lelaki perempuan berboncengan ojek online. Mereka berdialog,”Kalo proyek MRT udah rampung ..’neng masih sayang abang nggak??”
Fenomena keseharian urban juga dipotret dari seri kartun gadget atau gawai yang dalam 20 tahun masih menjadi fenomena. Pada 1997 Mice menyind ir para pengguna ponsel yang saling pamer merek dalam karya Kaget Gadget. Sementara pada 2017 Mice memotret fenomena memutus pertemanan dalam karya berjudul Unfriend.
Yang banyak mengundang senyum adalah satu ruang di mana Mice meneropong karakter profil. Dengan karya yang berukuran besar, tetap dengan tulisan yang memperlihatkan ciri-ciri mereka. Ada profil fans berat pedangdut Rhoma Irama, petugas kebersihan, asisten rumah tangga, peserta kompetisi idola di televisi dan sebagainya. Tentu saja Mice juga memamerkan kartus politiknya yang sangat menohok mulai dari 1999. Kartun yang menyindiri soal persatuan dan kesatuan, soal korupsi dan hukuman untuk koruptor, soal kebebasan pers , tentang rupiah yang loyo dan sebagainya. Karya-karya lama tetapi juga masih aktual dengan situasi terkini.
Selain kartun dalam medium kertas, Mice juga memperlihatkan karya karikaturnya yang tak kalah menohok dalam medium kanvas dan cat. Pada medium ini obyeknya tanpa imbuhan dialog atau teks seperti pada umumnya pada medium kertas. Hanya obyek yang dilukis dan diwarnai dengan warna-warna cukup menyolok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini