Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sembari memegang Sang Saka Merah Putih, Iwan Abdurachman, 63 tahun, menyanyikan lagu Mentari di puncak Gunung Kilimanjaro, 1 Agustus lalu. ”Mentari bernyala di sini, di sini di dalam hatiku. Gemuruh apinya di sini, di sini di urat darahku.”
Impian selama 20 tahun untuk menaklukkan puncak tertinggi di Afrika itu akhirnya terwujud bersama tim pendakian ekspedisi 7 puncak dunia. ”Rasanya lega, bisa menyalakan lilin seperti yang ada di pidato Presiden Tanzania Julius Nyerere,” kata Abah Iwan, begitu dia akrab disapa.
Pendakian selama lima hari, diakuinya, membutuhkan stamina yang kuat, terlebih di usianya yang sudah senja. Rupanya ada dua rahasia kekuatan Abah Iwan: seduhan teh yang dibawa dari Bandung serta lagu Pole-pole yang menjadi ”teman” selama pendakian.
Lagu itu berarti pelan-pelan. ”Mengingatkan saya yang sudah tua supaya pelan-pelan, sabar, hingga sampai di puncak dan menyeruput teh hangat dari Bandung,” ujar pria yang selanjutnya ingin menaklukkan puncak Gunung Aconcagua ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo