Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak peningkatan status Merapi dari siaga menjadi awas, 25 Oktober lalu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono, menjadi sosok yang selalu dicari wartawan. Permintaan wawancara membeludak. Media ingin mendapat informasi terakhir dan akurat tentang Merapi dari doktor geofisika dari Savoie University, Chambery, Prancis ini.
Permintaan wawancara sering datang pada waktu yang tidak terduga, dari kurun tengah malam hingga dinihari. Surono pernah membatasi waktu wawancara, hanya satu menit untuk setiap media. ”Bukan apa-apa, baterai handphone saya ini cepat sekali habisnya,” katanya.
Namun bukan soal tersitanya waktu yang membuat dia kewalahan. Surono sadar, sebagai pejabat publik, dia wajib memberikan informasi kepada masyarakat. Surono mengatakan paling takut informasi yang diberikan melalui media justru membuat masyarakat di lereng Merapi panik. Khawatir pernyataannya dipelintir, ”Saya memilih selektif dengan siapa saya bersedia diwawancarai,” ujarnya.
Surono rupanya juga sebal bila wartawan di lapangan bertanya tanpa mengetahui latar belakang peristiwa. Kalau menghadapi pertanyaan ngawur, biasanya Surono punya trik jitu: pura-pura kehilangan sinyal telepon seluler. ”Kalau pertanyaannya ngawur, saya bilang, ’Halo… halo… tidak terdengar. Sinyalnya putus-putus.’ Tut… tut… tut.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo