Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepak bola bisa membuat orang lupa status dan jabatan. Ketika matahari mulai membakar ubun-ubun di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Sabtu dua pekan lalu, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dengan pakaian kasual nyelonong ke lapangan tanpa pengawalan. Tanpa sungkan dia minta tanda tangan dan berfoto bersama Ian Rush, bekas bintang Liverpool.
Siang itu, Rush tengah memberikan pelatihan sepak bola kepada ratusan pelajar sekolah dasar. Marty memanfaatkan kesempatan itu buat menemui bintang idolanya. "Saya datang tidak diundang, mumpung hari libur saya ingin bertemu Ian Rush," kata Marty.
Kecintaan Marty kepada Liverpool dimulai saat tinggal di Inggris. Umurnya waktu itu sebelas tahun. Ketika itu Liverpool merupakan langganan juara Liga Inggris. Ian Rush menjadi bintang Liverpool pada dekade 1980 dan hingga kini tercatat sebagai pencetak gol paling subur (346 buah) di klub tersebut. "Dulu saya pernah menonton Ian Rush main di Stadion Anfield," ujarnya.
Kini, prestasi Liverpool anjlok, bahkan tak meraih juara liga selama dua dekade terakhir. Tapi Marty tetap mendukung klub tersebut. "Saya punya kartu anggota fan di Liverpool, dan juga anggota penggemar Liverpool di Indonesia," ujarnya. Ia berharap musim depan klub ini bisa tampil lebih baik, dan tidak menjual bintangnya seperti Steven Gerrard dan Fernando Torres. Semoga, Pak!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo