<font face=arial size=1 color=brown><B>Sardono Kusumo</B></font><BR />Kanvas Menari

Sardono Waluyo Kusumo, 64 tahun, punya hobi baru: melukis. Tak tanggung-tanggung kanvas yang dipakainya berukuran besar, sekitar dua meter. Mantan Rektor Institut Kesenian Jakarta itu memamerkan belasan karyanya di Vivi Yip Art Room 2, di kawasan Kuningan, Jakarta, mulai Kamis pekan lalu.

Jangan tanya Sardono tentang konsep warna pilihannya dalam pameran bertema Choreography of Colors itu. Ia sama sekali tak ingin berteori dan menggolongkan lukisannya termasuk impresionisme, ekspresionisme, atau apa pun. Warna dan teknik melukis, bagi Sardono, adalah perkara gerak dan naluri.

Lihatlah maestro tari yang melahirkan Opera Diponegoro dan Dongeng dari Dirah itu di atas bidang miring yang khusus dibuat untuk membantunya melukis. Tanpa kuas, ia bereksperimen dengan melelehkan warna dan minyak satu per satu ke dalam kanvas. Tubuhnya bergerak-gerak sesuai dengan ”memori visual” yang dipendamnya sejak melanglang buana pada usia 18 tahun. Sekali ia memungut ingatan seorang perempuan berambut panjang di Italia, kali lain ia menjumput ingatan lain tentang gerak-gerik komunitas suku Dayak.

Dalam genggamannya, kanvas pun ikut menari sesuai dengan gerak tubuhnya. Inilah yang disebut kurator Enin Supriyanto sebagai cara Sardono melahirkan tarian warna di atas kanvas. ”Kanvas kuputar-putar, aku puas,” ucap Sardono.