Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Martin Suryajaya, penulis yang juga ahli filsafat, merupakan seorang penggemar wine.
Kini wine buatan istrinya mampu menjauhkannya dari berbagai jenis wine yang mahal.
Ia juga aktif terlibat dalam setiap tahap pembuatan wine tersebut.
SEJAK lima tahun lalu, Martin Suryajaya tidak lagi perlu membeli wine merah di toko. Ahli filsafat yang juga penulis ini memiliki pengganti yang istimewa, yaitu wine buatan Natalia Taufik, istrinya. “Rasanya enggak beda dengan wine yang biasa saya beli,” kata Martin kepada Ihsan Reliubun dari Tempo, Jumat, 13 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengajar Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta ini memang seorang pencinta wine. Malbec Argentina yang diproduksi di Cile menjadi favoritnya. Bagi dia, rasio antara rasa manis dan asam Malbec sangat pas. Aromanya pun enak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kini ia bisa berhemat karena tak lagi merasa perlu membeli wine kesukaannya itu. “Karena sudah ada stok wine bikinan istri,” ucap Martin, yang bukunya, Kesusastraan, Kehancuran, memenangi Penghargaan Sastra Badan Bahasa 2024. Kreasi wine istrinya juga membuatnya jarang meneguk Riesling, wine putih.
Natalia membuat wine dari buah beri merah dicampur dengan buah lain, seperti mangga dan nanas. Martin terlibat dalam tiap tahap pembuatannya, dari pengolahan buah, proses fermentasi dalam galon air mineral yang berlangsung sekitar sebulan, hingga penempatan wine yang sudah jadi di dalam botol.
Wine yang mereka hasilkan, dengan kadar alkohol 12-16 persen, sering dihidangkan buat teman-teman mereka. Minuman tersebut juga kerap menjadi pemanis kebersamaan mereka sebagai pasangan. “Saya dan istri suka minum,” ujar Martin.•
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo