Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

tokoh

<font face=arial size=2 color=#FF0000>Roy Marten</font><br />Salah Lapor

18 Juni 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAAT membaca Novel 65 karya Bre Redana (yang memakai nama pena Gitanyali), aktor Roy Marten, 60 tahun, menangis. Bagian yang membuatnya menangis adalah penangkapan salah seorang tokoh di novel itu karena tuduhan komunis. Menurut Roy, yang ditangkap itu adalah ayah Bre dan yang menyebabkan penangkapan adalah dirinya sendiri. "Saya minta maaf ke Bre karena hal itu," kata Roy saat ditemui Heru Triyono dari Tempo pekan lalu.

Kejadiannya memang sudah puluhan tahun lalu, ketika Roy berumur 15 tahun. Saat itu Roy, yang bergabung dalam Banteng Merbabu (organisasi pemuda Partai Nasional Indonesia), disuruh mengecek sebuah pertemuan di rumah Bre. Roy menduga pertemuan itu adalah rapat Gerwani—salah satu organisasi onderbouw Partai Komunis Indonesia. Oleh temannya, info itu diteruskan ke tentara. Eh, rumah itu pun langsung digerebek. Celakanya, info itu ternyata salah. "Pertemuan itu ternyata cuma arisan ibu-ibu," kata Roy.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus