Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memancing, buat kebanyakan orang, adalah kegiatan untuk membuang kepenatan dari kesibukan sehari-hari. Bagi Direktur Jenderal Pajak Mochamad Tjiptardjo, 58 tahun, memancing adalah petualangan. Ia pergi ke pulau terpencil atau ke tengah laut dengan perahu, bermalam di alam bebas, dengan cuma berbekal kenur yang ujungnya dikaitkan dengan kail.
Kok, tidak memancing di empang saja dengan membawa tongkat pancing? ”Itu sih gaya taman kanak-kanak,” katanya seraya terbahak. Dengan gaya memancing serba terbatas itu, Tjiptardjo mengaku mendapat kepuasan karena bisa mengatasi kesulitan dengan peralatan yang minimal.
Tjiptardjo menceritakan ia memilih tak menggunakan tongkat pancing setelah melihat cara para nelayan di Sulawesi Tengah, tempatnya berdinas pada 2001, mencari ikan. Ia tersentuh ketika para nelayan itu menggunakan peralatan seadanya di tengah laut yang ganas demi mencari sesuap nasi. ”Di situ saya merasa menjadi manusia baru,” ujarnya.
Nah, beberapa pekan sebelum menjadi orang nomor satu di institusi pajak, Tjiptardjo mendapat tawaran dari menantunya memancing di Pulau Runi, Papua. Ia pun menyambar tawaran itu dengan tinggal di alam terbuka selama seminggu. Ia juga berenang hingga ke tengah laut. ”Kalau tak hujan, saya tidur di pantai sambil melihat langit,” ucapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo