Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kehilangan belahan jiwa tentu amat sulit bagi siapa pun. Termasuk bagi mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, 60 tahun. Sang suami, Supari, meninggal pada akhir Maret lalu karena menderita leukemia akut. Ibu tiga anak ini pun memilih menulis sebagai terapi. ”Saya menulis seperti kesetanan,” ujarnya sembari tersenyum.
Tulisan yang ia garap selama sebulan setelah kepergian sang suami sebenarnya merupakan polesan akhir dari buku hariannya. Periodenya pun khusus, yakni Oktober tahun lalu hingga menjelang kepergian sang suami. Rupanya, dokter spesialis jantung ini ingin mengabadikan momen-momen terakhir bersama suami dalam sebuah memoar.
Sejak buku berjudul Dengan Leukemia Meretas Cinta itu diluncurkan awal November lalu, telepon seluler Siti Fadilah kebanjiran komentar. Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta, misalnya, mengirim dua pesan pendek. ”Aku terharu sekali,” ucap Meutia.
Siti memang tak hanya menceritakan saat-saat terakhir bersama suami. Ia juga menceritakan gonjang-ganjing perkawinan yang telah dibina selama 36 tahun itu. ”Saya ingin menyampaikan kepada pasangan muda, jangan buru-buru ingin bercerai. Toh, kami dapat bertahan puluhan tahun dengan baik meski dihantam badai,” ujarnya sendu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo