<font size=2 color=#FF0000>Hamid Awaludin</font><br />Pakar Dasi

SEJAK menjabat Duta Besar Indonesia di Rusia, Hamid Awaludin mendapat banyak pengetahuan baru. Salah satunya tentang dasi. Meski mengaku bukan kolektor dasi, bekas Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ini punya kegiatan rutin pada malam hari: memandang jejeran dasi untuk dipilih sebelum acara esok hari. Maklum saja, sejak menjadi diplomat, jadwal Hamid padat untuk pertemuan.

”Kalau acara resmi, lebih baik pakai yang polos. Kalau tak resmi, lebih baik pakai yang bermotif,” katanya ketika bertandang ke Tempo, Rabu pekan lalu. Hamid juga mengetahui ada beberapa cara mengikat dasi. ”Cara mengikat dasi yang bahannya sutra berbeda dengan katun,” kata Hamid, yang banyak menerima hadiah dasi sebelum bertolak ke Rusia.

Sekalipun mulai jago memilih dan mengikat dasi, Hamid terheran-heran melihat dasinya makin lama makin pendek. Hamid curiga bahan dasi tertentu dapat menciut karena dicuci. Dia pun bertanya pada koleganya. ”Semua kawan saya bilang tak mungkin,” katanya.

Ia lantas sibuk mengukur dasinya pada malam hari. Selama empat bulan ia melakukan ritual yang sama: mengukur panjang dasi yang tetap sama panjang. Bulan lalu, ia baru tahu mengapa dasinya bertambah pendek. Ternyata, bukan dasinya yang menciut, tapi perutnya yang bertambah buncit. Walhasil, ukuran dasi yang seharusnya panjang menjadi lebih pendek. Oalah....