Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

<font size=2 color=navy>Gilang Ramadhan</font><br /> Profesor Tetabuhan

5 Desember 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK 1989, Gilang Ramadhan aktif keliling Nusantara mencari kesenian tetabuhan. Penggebuk drum band Krakatau ini mengumpulkan banyak nada tetabuhan dari Aceh sampai Papua, yang menghasilkan rhythm baru yang ia namai rhythm Sawah.

Menurut dia, sawah terbentang di banyak daerah, tempat tumbuhnya padi—cikal-bakal nasi, makanan utama rakyat Indonesia. "Segitu banyaknya elemen tetabuhan di Indonesia, tapi enggak ada yang jaga. Tidak banyak yang menggandrungi ini, jadi enak eksplorasinya," ucap Gilang saat ditemui Tempo di studionya di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Selasa pekan lalu.

Ia pun membuat drumnya bisa menghasilkan bunyi alat tradisional. Maka dari gebukan drum rhythm Sawah itu bisa terdengar ketukan rebana, nada kasidahan, ketukan gamelan, kecrek, bahkan ada suara kenong (gong kecil).

Gilang sudah membawa karyanya itu ke mancanegara, khususnya Amerika Serikat, berkat jaringannya semasa tinggal di Los Angeles. Bahkan ia sempat menyodorkannya ke Hollywood dengan harapan bisa digunakan sebagai musik latar film. Januari tahun depan, ia akan terbang ke Amerika Serikat untuk memuluskan rencananya. "Teman saya di sana mau bantu memperdengarkan ke insan perfilman di sana," kata pria 53 tahun ini.

Gilang mengatakan rhythm Sawah adalah judul besar, di dalamnya terdapat sub-subnada sesuai dengan daerah tertentu. Semua data dan bunyi yang ia pelajari pun dicatat. Bahkan seorang kawannya dari Australia spontan menyebutnya profesor tetabuhan karena kagum pada ketekunan, pengetahuan, dan karya suami Shahnaz Haque ini.

Lama bergulat dengan berbagai alat tabuh Nusantara, Gilang menjadi paham seluk-beluk budaya suatu daerah dari tetabuhannya saja. Dia pun sering diberi alat tabuh khas dari berbagai daerah, tapi ia kerap menolaknya karena perawatannya tak mudah. "Dari situ sudah saya rencanakan buat museum tetabuhan," tuturnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus